tribun-nasional.com – Menko Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan merupakan salah satu sosok yang bolak-balik masuk ke dalam jajaran kementerian. Khususnya di zaman kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Di kepemimpinan Presiden Jokowi saja, Luhut pertama kali menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia pada 31 Desember 2014 hingga 2 September 2015.
Lalu pada 2015 hingga 2016 ia ditunjuk oleh Presiden Jokowi untuk menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan. Dia juga sempat menjabat sebagai Plt. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada Agustus 2016 menggantikan Arcandra Tahar.
Luhut juga pernah menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI pada Kabinet Persatuan Nasional (2000-2001).
Luhut memulai kariernya sebagai seorang tentara, kemudian dirinya juga sempat menjadi pengusaha. Namun, dari sekian peran yang dia jalani selama ini, Luhut justru mengaku paling bahagia adalah menjadi tentara. Khususnya saat menjadi prajurit Kopassus TNI Angkatan Darat.
“Kalau orang tanya saya mana yang paling bahagia di dalam hidup kamu? Saya akan tetap jawab waktu saya jadi tentara, waktu saya di Kopassus, waktu saya di Gultor (penanggulangan teror),” ungkap Luhut saat meluncurkan buku biografinya di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (9/10/2022) yang lalu.
Pensiunan tentara yang lahir di Sumatera Utara 28 September 1947 ini mengaku sangat menikmati masa-masa menjadi prajurit Kopassus. Secara khusus dia juga menyebutkan nama Sintong Pandjaitan sebagai atasannya kala itu.
Di Kopassus Luhut bukan tentara biasa, dia sempat melakukan reorganisasi di Kopassus dengan membentuk Detasemen 81 dengan spesialisasi penanggulangan teror atau kerap disebut Gultor. Bahkan, Luhut pun berakhir menjadi Komandan satuan yang dia kembangkan itu.
“Anda mau tanya apapun privilese yang saya dapat di negeri ini tetap yang paling saya nikmati adalah ketika saya masih menjadi Komandan Detasemen 81 dan waktu bentuk itu,” ungkap Luhut.
Meski sangat menikmati waktunya di Kopassus, Putra Batak ini mengaku ada yang mengganjal di tengah kariernya sebagai tentara. Menurutnya, selama menjadi tentara kariernya hanya mentok di perwira menengah saja.
“Saya masih tetap mengganjal di hati saya walaupun sudah lewat. Saya ini prajurit profesional menurut saya, tapi ndak pernah saya dapatkan privilege di TNI, di mana tempat saya dibesarkan. Itu bagian part of my life,” kisah Luhut.
Meski mengganjal, Luhut mengaku tak mau ambil pusing. Karena Tuhan, menurutnya memberikan tugas lain yang tak kalah mulia. Tugas itu adalah masuk ke dalam jajaran pemerintahan, bolak-balik menjadi menteri, dan berusaha mengatur negara untuk membuat Indonesia menjadi lebih baik.
“Jadi tak perlu sakit hati juga, karena Tuhan atur lain. Alam ini, universe ini atur yang lain. Sekarang usia saya 75 tahun saya masih jadi bagian atur negeri ini dan buat negeri ini mudah-mudahan tambah baik. Saya pikir kepuasan tersendiri lah,” ungkap Luhut.
Dalam catatan detikcom, karier Luhut di angkatan bersenjata dimulai pada tahun 1967 dengan masuk ke dalam Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) bagian Darat. Selang 3 tahun kemudian dia menyelesaikan pendidikan dengan meraih predikat sebagai Lulusan Terbaik pada tahun 1970, sehingga mendapatkan penghargaan Adhi Makayasa.
Karier militernya banyak dihabiskan di Kopassus TNI AD. Di kalangan militer dia dikenal sebagai Komandan pertama Detasemen 81. Berbagai medan tempur dan jabatan penting telah disandangnya mulai dari Komandan Grup 3 Kopassus, Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif), hingga Komandan Pendidikan dan Latihan (Kodiklat) TNI Angkatan Darat.
Ketika menjadi perwira menengah, pengalamannya berlatih di unit-unit pasukan khusus terbaik dunia memberinya bekal untuk mendirikan sekaligus menjadi komandan pertama detasemen 81 (sekarang Sat-81/Gultor) kesatuan baret merah Kopassus. Dia menjadi salah satu pasukan khusus penanggulangan terorisme terbaik di dunia.