tribun-nasional.com – Dampak pandemi Covid-19 sangat dirasakan masyarakat terutama di bidang ekonomi. Banyak usaha yang gulung tikar karena terdampak pandemi. Kalaupun perusahaan tetap bertahan namun dengan jalan merumahkan sebagian karyawannya.
Begitu juga dengan usaha kecil dan menengah, banyak yang berhenti total karena pendapatan berkurang sedangkan kebutuhan sehari-hari sangat mahal. Sekalipun bertahan para produsen harus bersabar dengan hasil pas-pasan.
Segala cara dilakukan pemerintah untuk memulihkan perekonomian warga. Bantuan-bantuan sosial digelontorkan ratusan triliun. Begitupun pada para pelaku UMKM. Bantuan yang diberikan pemerintah dimanfaatkan warga untuk modal usaha.
Dengan penambahan modal usaha para pegiat UMKM yang mengalami penurunan omzet mulai menggeliat. Para produsen kembali semangat memproduksi barang-barang dagangannya. Dengan mencari peluang pasar lebih luas mereka mampu meningkatkan penjualan sehingga pendapatan bertambah.
Berbeda dengan salah seorang produsen yang menjual makanan ringan dari bahan dasar Dages, yang berupaya untuk memutar permodalan pribadi tanpa bantuan pemerintah.
Meskipun tidak dipungkiri ikut terdampak pandemi dengan menurunnya omzet secara drastis, namun pelan-pelan mampu bertahan dengan permodalan yang ada.
Adalah pak Amin Rozak, yang mencari terobosan baru untuk meningkatkan penjualan produknya berupa makanan ringan: Stik Dages, Keripik Dages, dan Klanting Dages.
Dengan menciptakan kemasan yang lebih menarik, produk yang mestinya dijual standar seperti produsen Stik Dages lainnya, mampu meningkatkan harga menjadi empat kali lipat.
Harga umum perkilo Stik Dages yang biasa dijual 60.000 rupiah dengan tampilan yang menarik bisa menembus pasar dengan harga 240.000 rupiah. Harga tersebut masih di tingkat reseller. Dari reseller ke konsumen menjadi 280.000 hingga 300.000 rupiah. Padahal produsen lain yang menjual non kemasan hanya kisaran 60.000 sampai 70.000 rupiah.
Nama produk makanan ringan itu pun dibuat semenarik mungkin. Dagul, akronim dari Dages Gaul. Kesan camilan gaul itu diminati semua kalangan, terutama kalangan menengah ke atas dan anak-anak muda.
Menariknya, Dagul terbuat dari limbah kopra dan limbah ampas kelapa yang sudah diperas santannya. Meskipun begitu dengan tampilan yang eksklusif Dagul bisa naik kelas dan menembus pasar lebih luas hingga ke luar Jawa. Bahkan pemesanan pun datang dari luar negeri, orang-orang yang berada di perantauan.
Bahan baku Dages yang terbuat dari limbah kopra dan ampas kelapa ternyata bisa dibuat bermacam-macam camilan.
Selain dalam bentuk stik, Dages bisa dikreasi menjadi kripik, klanting, dan mendoan (digoreng tidak sampai kering).
Proses pembuatan stik, keripik, dan klanting adalah sama. Komposisi adonan untuk menggoreng dan bumbu-bumbunya pun sama. Yang membedakan hanya pada bentuknya saja.
Bahan dan cara membuat Stik Dages:
1. Bahan dasar Dages dipotong-potong memanjang menyerupai stik dengan ukuran sesuai selera. Setelah itu Dages yang sudah berbentuk stik diangin-anginkan atau dibiarkan beberapa menit untuk mengurangi kadar air.
2. Adonan untuk menggoreng terdiri dari tepung beras, tepung tapioka, telur, dan air.
3. Bumbu-bumbu terdiri dari garam, ketumbar, dan bawang putih. Bisa juga ditambah dengan penyedap rasa sedikit.
4. Minyak goreng
Cara membuat:
Potongan Stik Dages dicelupkan pada adonan tepung satu persatu lalu digoreng dalam minyak panas dengan api sedang. Setelah setengah matang Stik Dages diangkat. Lalu didiamkan beberapa jam hingga benar-benar dingin. Setelah itu digoreng lagi sampai kering. Jadi untuk menghasilkan Stik Dages yang bagus dilakukan penggorengan dua kali.
Proses pembuatan Keripik Dages dan Klanting Dages sama dengan Stik Dages. Begitu juga dengan adonan dan bumbu-bumbunya.
Irisan Dages untuk kripik dibuat tipis-tipis berbentuk persegi panjang atau sesuai selera. Sedangkan untuk klanting dibuat bulat-bulat yang tengahnya bolong, dengan cara memotong panjang seperti untuk stik dan ujung-ujungnya direkatkan menyatu dengan putih telur. Kemudian bahan kripik dan klanting digoreng sama persis dengan proses pembuatan Stik Dages.
Proses pembuatan Dages (ada juga yang menyebutnya Dage) sebagai bahan dasar aneka camilan di atas cukup memakan waktu lama hingga tiga hari. Limbah ampas kelapa atau kopra direndam pakai air selama dua hari dua malam. Setelah itu diperas lalu dikukus dua jam. Setelah diangkat sebagian dikeringkan sampai kadar airnya berkurang. Dan sebagian lagi dijemur hingga kering. Kedua bagian bahan dicampur lalu diratakan di atas alat pembuatan Dages yang terbuat dari anyaman bambu. Setelah semalam Dages yang sudah menjamur dan mulai mengeras digaris-garis atau dipotong dengan pisau untuk membentuk Dages yang sudah jadi.
Selain untuk membuat aneka makanan ringan, Dages juga bisa dimasak untuk campuran sayur. Namun banyak masyarakat yang lebih suka Dages dimasak oseng-oseng hanya dengan cabai hijau.
Untuk lauk nasi Dages bisa dibuat antara lain:
1. Embes-embes Dages.
Caranya adalah Dages dipotong ukuran kecil 2×3 cm dengan ketebalan 0,5 cm. Lalu dimasukkan ke dalam bumbu opor yang diberi air atau santan. Setelah mendidih dan bumbu meresap Embes-embes Dages diangkat dan siap dihidangkan.
2. Lagis Dages.
Dages dipotong persegi empat atau sesuai selera. Bumbu-bumbu yang terdiri dari garam, bawang putih dan ketumbar dihaluskan. Lalu ditambah penyedap rasa sedikit dan air. Masukkan Dages yang sudah dipotong-potong ke dalam air bumbu hingga meresap. Tiriskan sebentar lalu digoreng. Memang hasilnya Dages menjadi hitam, namun jadi lebih berasa Dagesnya.
3. Mendoan Dages
Dibanding potongan Dages yang untuk lagis, Mendoan Dages diiris lebih tipis lagi. Sedangkan bumbu sama dengan Lagis Dages, hanya ditambahkan tepung terigu yang dicampur tepung beras secukupnya sesuai dengan selera.
Mendoan Dages menjadi makanan favorit masyarakat Banyumas dan kabupaten sekitarnya seperti Brebes, Tegal, Cilacap, dan Purbalingga. Bahkan slogan “Tiada hari tanpa makan Mendoan Dages” sudah melekat di masyarakat.
Demikian pemanfaatan limbah ampas kelapa dan kopra yang bisa dibuat Dages sebagai bahan dasar bermacam-macam makanan ringan dan juga masakan. Penikmat dari generasi ke generasi tidak tergerus oleh zaman meskipun bermunculan aneka makanan berbahan mahal.
Makanan tradisional yg murah tapi rasa gak murahan , ditangan chef mungkin bisa jadi makanan bintang lima
Makanan tradisional yg murah tapi rasa gak murahan , ditangan chef mungkin bisa jadi makanan bintang lima