tribun-nasional.com – Tren berburu pakaian dan aksesoris fashion bekas atau biasa disebut thrift shopping masih digemari oleh anak-anak muda. Di Kota Malang, Jawa Timur, sebanyak 28 tenant dari para pelaku usaha thrift shop berkumpul menjual barang-barang branded mulai sepatu, kaos, topi dan lainnya.
Mereka tergabung dalam kegiatan Dalbofest Goes To Campus di ABM STIE Malangkucewara pada Jumat (24/2/2022) hingga Minggu (26/2/2022).
Founder Dalbofest, Rizky Adam mengatakan, acara tersebut memiliki misi untuk memperkenalkan usaha thrift shop kepada mahasiswa.
“Kami tahu kampus ini juga memiliki fokus pengajaran bisnis dan ekonomi, sehingga kami mau berkolaborasi. Semoga kegiatan ini menjadi trigger bagi para mahasiswa untuk memulai berwirausaha. Kami juga terbuka bagi siapa saja yang ingin tanya-tanya tentang usaha thrift shop,” kata Adam pada Jumat (24/2/2023).
Untuk menarik pengunjung, kegiatan itu menyuguhkan penampilan musisi dan band lokal seperti Kingkong Milkshake, For Revenge hingga Iksan Skuter. Ditargetkan setiap harinya ada sekitar 2.000 sampai 5.000 pengunjung yang datang.
“Ada sekitar 105 mahasiswa yang terlibat, baik sebagai performance dan volunteer, ini juga selain mereka bisa belajar tentang usaha thrift shop, juga mengenalkan dan memberi pengalaman untuk terlibat dalam kegiatan event besar, dari situ mereka belajar tentang entrepreneurship,” katanya.
Dari kegiatan itu, masing-masing tenant memiliki target dengan perputaran uang sekitar Rp 4 juta hingga Rp 5 juta. Harga barang-barang yang dijual setiap item mulai dari Rp 35.000 hingga jutaan rupiah.
“Rate harga minimal ditentukan supaya tidak terjadi persaingan harga yang terlalu ketat, tetapi harga lainnya tergantung dari masing-masing tenant. Tenant yang ada juga menjual barang segmented yang branded, ada yang hanya menjual sepatu saja, topi, barang untuk wanita, dan lainnya,” katanya.
Menurutnya, pakaian dan aksesoris fashion dari thrift shop masih memiliki permintaan pasar yang tinggi. Adam juga menegaskan, barang-barang yang dijual dari thrift shop berbeda dengan pakaian atau aksesoris fashion bekas pada umumnya.
“Perbedaannya, barang yang dijual kebanyakan merupakan impor, selanjutnya sudah dikurasi betul, sehingga barang bagus atau berkualitas. Selain itu, barang sudah steril atau bersih sehingga sangat layak dijual,” katanya.
Adam mengungkapkan, keberadaan thrift shop memberikan kemudahan bagi masyarakat yang ingin memiliki barang berkualitas dan branded dengan harga murah. Selain itu, juga berkontribusi meminimalisasi limbah fashion.
“Antusiasnya masih bagus bagi para pelaku usahanya, karena Malang ini kota pendidikan dengan banyak mahasiswa, maka demand-nya dari mereka masih tinggi, kalau dilihat di Malang bisa melihat di beberapa wilayah ada thrift shop,” katanya.
Adam juga menyampaikan, persaingan usaha thrift shop semakin kompetitif bagi para pelakunya untuk mencari barang yang berkualitas. Sebab, barang thrifting bukan hasil produksi atau limbah fashion, sehingga ketika permintaan tinggi maka potensi yang ada semakin terbatas.
“Memang enggak semua orang bisa dapat barang bagus, biasanya barang bagus dengan harga murah karena sudah memiliki kenalan (atau jaringan yang sudah luas), untuk memulai usaha seperti ini biasanya pemula mendapat barang harganya lebih tinggi dan tidak sebagus yang sudah menjalankan usaha ini lebih lama,” katanya.
Saat ini untuk tren barang-barang thrift shop yang sedang dicari oleh masyarakat belum terlihat secara pasaran. Namun, biasanya momen besar tertentu mempengaruhi tren yang ada.
“Seperti piala dunia, orang-orang yang hobi mencari barang di thrift shop cari jersey atau jaket klasik dari timnas negara-negara yang ikut piala dunia. Pernah juga kaos band vintage. Kalau awal tahun seperti ini belum terlihat trennya, biasanya pertengahan tahun,” katanya.
Promosikan UMKM Anda dengan beriklan di jaringan Kompas Gramedia lewat . Konsultasikan strategi iklan bisnis Anda bersama tim sales sekarang.