tribun-nasional.com – Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan tipis pada perdagangan Selasa (21/2/2023) waktu setempat atau Rabu pagi waktu Indonesia (WIB). Pergerakan harga minyak dibayangi oleh kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global, yang melebihi sentimen pembatasan pasokan.
Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent turun 1,29 dollar AS atau 1,5 persen menjadi 82,78 dollar AS per barrel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk bulan Maret turun 29 sen, atau 0,38 persen, menjadi 76,05 dollar AS per barrel, dan kontrak bulan kedua tergelincir 10 sen atau 0,1 persen menjadi 76,45 dollar AS per barrel.
Kekhawatiran terus-menerus tentang pertumbuhan ekonomi global yang melebihi pembatasan pasokan, mendorong investor untuk mengambil untung dari kenaikan harga di hari sebelumnya. Fokus di pasar keuangan yakni pada risalah pertemuan terbaru Federal Reserve AS pada hari Rabu mengenai risiko suku bunga yang tinggi untuk waktu yang lebih lama.
“Pergerakan harga hari ini tampaknya lebih bersifat teknis. Kami berpikir ada kekhawatiran yang sama bahwa dollar AS akan menjadi kuat, selain itu juga kondisi suku bunga The Fed,” kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group.
Greenback yang lebih kuat membuat minyak berdenominasi dollar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Di awal sesi, pasar menguat dimana harga Brent positif, setelah survei aktivitas bisnis yang lebih baik dari perkiraan di Eropa dan Inggris.
Pada hari Senin, harga minyak naik lebih dari 1 persen di tengah optimisme atas permintaan China yang diperkirakan akan pulih tahun ini setelah pembatasan Covid-19 dihapuskan.
Sementara itu, Rusia berencana untuk memangkas produksi minyak mentah sebesar 500.000 berrel per hari, atau sekitar 5 persen dari produksinya pada bulan Maret. Ini dilakukan sebagai respons terhadap negara Barat yang memberlakukan pembatasan harga pada minyak Rusia dan produk minyak akibat invasi Ukraina.
“Tapi, pemotongan pasokan yang diumumkan bulan ini, hanya akan berlaku untuk produksi bulan Maret,” kata Wakil Perdana Menteri Alexander Novak pada hari Selasa.
Rusia adalah bagian dari grup OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang sepakat pada Oktober untuk memangkas target produksi minyak sebesar 2 juta barrel per hari hingga akhir 2023.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.