tribun-nasional.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini (22/2/23) keluar zona psikologis 6.800 dan berakhir di 6.785,84 atau merosot tajam 1,27% secara harian.
Sejak dibuka IHSG konsisten bergerak di wilayah negatif dan bahkan menyentuh level terendah di 6.781,23. Perdagangan menunjukkan sebanyak 359 saham turun, hanya 146 saham naik dan 191 lainnya tidak berubah.
Hingga istirahat siang, terdapat sekitar 11,5 miliar saham terlibat dan berpindah tangan sebanyak 747 ribu kali serta nilai transaksi sekitar Rp 4,86 triliun. Nilai ini relatif kecil dibandingkan nilai transaksi harian rata-rata IHSG.
Mayoritas saham blue chip terparkir di zona merah. Kalbe Farma tenggelam 6,99% disusul PP (Persero) jebol 3,01%. Selain itu, Semen Indonesia jatuh 2,97% dan Bank Negara Indonesia merosot 2,76%. Berikutnya Gudang Garam, XL Axiata dan Merdeka Copper secara bersamaan melemah 2,5% lebih.
Hingga kini, investor masih cenderung belum bersemangat untuk kembali berinvestasi di pasar saham RI. Apalagi, sentimen pasar global yang kembali memburuk turut memperparah psikologis pasar.
Sentimen buruk salah satunya bersumber dari bursa acuan Amerika Serikat (AS), Wall Street, dimana ketiga indeks utama Wall Street anjlok hingga 2% karena sentimen suku bunga yang lebih tinggi menekan sentimen pasar.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambruk 2,06%, S&P 500 anjlok 2%, dan NASDAQ Composite longsor 2,5%.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun naik menjadi 3,9%, sedangkan yield Treasury tenor 2 tahun naik menjadi 4,69%. Yield yang naik karena para investor bergulat dengan data inflasi yang lebih panas dari perkiraan.
Para pelaku pasar khawatir inflasi yang “membandel” akan menyebabkan bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, yang dapat menyebabkan ekonomi resesi.
Meski begitu, ekonomi Indonesia diprediksi terus bertumbuh meski ekonomi dunia terguncang pada tahun 2023. Pemerintah telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3% – 5,7%, dengan desain Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF).
Dengan sejumlah regulasi baru seperti Undang-undang Cipta Kerja, UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan, dan UU Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan, pemerintah siap menjaga ketahanan ekonomi dari tekanan global.
CNBC INDONESIA RESEARCH