tribun-nasional.com – Industri asuransi dinilai mulai menggeliat seiring berangsur pulihnya kondisi ekonomi pascapandemi COVID-19, sehingga menjadi peluang bagi perusahaan asuransi jiwa menggarap pasar yang tumbuh ke arah normal.
“Kami menyadari minat masyarakat Indonesia terhadap asuransi mulai meningkat terutama sejak adanya pandemi. Hal ini terlihat dari hasil survei Manulife Asia Care 2020 yang yang menyatakan 72 persen responden Indonesia ingin membeli polis baru dalam enam bulan ke depan,” ujar Direktur & General Manager Agency PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Novita J Rumngangun dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, sepanjang 2021, Manulife Indonesia meraih pendapatan bersih premi asuransi Rp12,1 triliun atau meningkat 42 persen dibandingkan 2020.
Kinerja premi bisnis baru pada 2021 tumbuh 35 persen dari sebelumnya Rp5,6 triliun menjadi Rp7,5 triliun, berdasarkan Annualized Premium Equivalent.
Sementara, menurut laporan kinerja pada 2021 dari 58 perusahaan anggota Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), industri asuransi jiwa mencetak pendapatan Rp241,2 triliun atau naik 12 persen.
Novita menjelaskan Manulife senantiasa melakukan inovasi produk dan layanan untuk memenuhi kebutuhan keuangan masyarakat yang beragam.
Termasuk, membekali para tenaga pemasar dengan berbagai platform digital untuk memudahkan mereka memenuhi kebutuhan nasabah dan masyarakat luas. Terutama dalam hal kemudahan pencairan klaim. Sepanjang tahun 2021, Manulife Indonesia membayar klaim senilai Rp8,9 triliun.
Novita optimistis kinerja Manulife Indonesia semakin positif melihat kondisi ekonomi Indonesia. Tercatat, pada 2019, agen Manulife Indonesia sebanyak 4.593 orang, pada 2020 melonjak menjadi 5.978 orang, dan hingga September 2022, sudah mencapai 8.589 agen.
Peningkatan signifikan itu sesuai target yang ditetapkan di awal tahun yakni penambahan 7.777 agen baru di tahun ini.
“Agen merupakan profesi mulia. Tidak hanya bicara mengenai bisnis, atau sekadar closing hingga nasabah menerima polis mereka. Agen atau yang kami biasa sebut Life Planner juga berkontribusi meningkatkan literasi keuangan masyarakat Indonesia, sehingga lebih sadar akan perencanaan masa depan dan keuangan,” tutur Novita.
Kebutuhan agen memang sangat diperlukan, apalagi penetrasi asuransi di Indonesia baru empat persen dari populasi penduduk. Padahal, jumlah agen asuransi masih minim.
Sementara itu, Business Director Manulife Surabaya Felicia Hadiwibowo mengakui potensi asuransi di Indonesia masih besar yang menjadi peluang bagi para agen asuransi.
Ia memiliki 225 agen yang tersebar di sejumlah kota seperti Surabaya, Malang, Blitar, Semarang, Jember, Denpasar, Papua, dan Jakarta. Dengan perkembangan teknologi digital, ia bisa merekrut banyak agen di berbagai kota secara daring.
“Manulife menyediakan teknologi digital tools yang memudahkan para agen bekerja di mana saja. Selain itu, adanya perubahan sistem kompensasi juga menarik bagi para agen,” tutur Felicia. Pelatihan juga bisa diakses secara online. Ia berharap tahun depan, jumlah agen bisa melampaui 500 orang.
Business Director Manulife asal Jakarta, Angellia SP mengatakan kemudahan klaim yang dilakukan Manulife menjadi daya tarik bagi agen yang ingin bergabung.
Sementara itu, Business Director Manulife asal Surabaya, Yusuf Gunawan mengatakan produktivitas meningkat tiga kali lipat selama pandemi COVID-19 dibandingkan sebelum pandemi. “Selama WFH (work from home), kami tak henti-hentinya memberikan layanan dari rumah, termasuk closing,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, pada 2020, jumlah man power yang dimilikinya sebanyak 250 orang, kemudian meningkat menjadi 500 orang pada 2021, dan kini 700 orang dengan 70 persen tenaga muda. Hingga akhir 2022, Yusuf menargetkan jumlah anggota agen mencapai 1.000 orang.
Dengan berkantor pusat di Surabaya, Jawa Timur, agen tersebut mempunyai jaringan yang tersebar di enam kota meliputi Jakarta, Medan, Tangerang, Pontianak, Makassar, dan Lampung.