Jacqueline Karina, Bertekad Jadikan Kokumi sebagai Brand Lokal yang Mendunia

Jacqueline Karina, CEO & Founder Kokumi.
Jacqueline Karina, CEO & Founder Kokumi.

Kepiawaian Jacqueline Karina sebagai entrepreneur muda dibuktikan dengan keberhasilannya membesarkan Kokumi (PT Kokuminfo Berkat Makmur), perusahaan food & beverages (F&B) yang fokus pada minuman boba kekinian. Dalam kurun waktu tiga tahun, 2018-2021, Kokumi telah memiliki 70 cabang di seluruh Indonesia, 50 di antaranya waralaba. Dari awalnya dengan enam karyawan saja, perusahaan ini sekarang memiliki sekitar 150 karyawan.

Kokumi juga mampu mempertahankan revenue seluruh cabangnya di angka Rp 41 miliar – 95 miliar sepanjang 2019-2021, dan mempertahankan profitability di atas 30% prapandemi dan 10%-12% di masa pandemi. Di samping itu, Kokumi kini memiliki 85,7 ribu follower di media sosial, dan menjadi perusahaan yang tidak punya pinjaman. Karena itulah, Dewan Juri Indonesia Young Business Leaders 2022 pun sepakat menobatkan Jacqueline sebagai pemenang ke-3 di kategori Young Entrepreneur & Sociopreneur.

Jacqueline mendirikan Kokumi pada 2018. Dengan branding berlogo unicorn, Kokumi ingin menawarkan kegembiraan bagi para target customer, baik milenial maupun Gen Z, lewat minuman bobanya. Namun, sebenarnya perjalanan entrepreneurship Jacqueline dimulai pada 2016, dengan membuka beberapa brand ritel F&B, seperti Ikkudo, Sumoboo, Carnivore, Sushi Sen, Poo Ice Cream, dan Superwings. Ia bekerjasama dengan beberapa rekan kerjanya.

CEO & Founder Kokumi ini mengakui, upaya membangun leadership sebagai entrepreneur cukup menantang. Dalam membesarkan bisnisnya ini, ia berusaha menempatkan talenta di posisi yang tepat. Ia pun rutin mengadakan progam mentoring atau coaching sehingga setiap individu bisa berkembang, baik secara personal maupun secara teamwork.

“Sebagai founder, saya juga membangun budaya perusahaan dan menciptakan situasi kerja yang sehat dengan terus mengomunikasikan visi dan misi perusahaan sampai karyawan memiliki sense of belonging agar bekerja dengan hati,” kata wanita lulusan Food Science and Technology Universitas Pelita Harapan ini.

Di samping itu, ia juga mendorong agar setiap karyawan memiliki personality yang baik dengan memberikan financial literacy, pengetahuan gaya hidup sehat, work-life balance, kesehatan mental, sampai komunikasi yang baik antardepartemen. “Selain ingin membangun bisnis yang profitable, bisnis yang kami jalankan sekaligus ingin memberikan dampak yang positif kepada sekitarnya, baik karyawan maupun pelanggan,” tuturnya.

Kokumi bertekad memiliki national brand awareness dan punya emotional attachment bagi pelanggan. Makna filosofis Kokumi adalah ingin menyebarkan pesan kebahagiaan, percaya diri, harapan, dan self-love. Untuk itu, Kokumi menekankan pada pentingnya inovasi agar memiliki keunikan dan specialty tersendiri.

Jacqueline mengungkapkan, Kokumi ingin menjadi trendsetter minuman kekinian di Indonesia, terutama pada kategori brown sugar boba dan unicorn drink (jus buah bergradasi). Di samping itu, juga menjadi produsen artisan boba ice cream pertama di Indonesia, bukan di taraf industri. Bahkan, pada aspek brand identity, logo awan dan unicorn yang dimiliki Kokumi adalah inovasi yang bisa dikembangkan menjadi animasi/ikon yang sampai saat ini sudah banyak dibeli royaltinya oleh perusahaan yang bergerak di bidang lain.

Kokumi, menurut Jacqueline, telah berkolaborasi dengan beberapa merek lain. Tujuannya, melahirkan semangat dan citra positif bagi produk buatan Indonesia. Kolaborasi yang pernah dijalankan Kokumi antara lain dengan 88rising, Hello Kitty, Tehbotol Sosro, TimTam, Niki Jeans, Fun Bake Box, dan Mie Sedaap.

“Berbagai kolaborasi tersebut merupakan upaya problem solving, mengatasi overstock inventori menjadi menu baru melalui kreativitas, yang dipromosikan dengan limited edition/seasonal collaboration dengan ikon terkenal yang memiliki fan base tersendiri,” katanya.

Selain itu, lanjutnya, ektensi bisnis minuman ke usaha es krim menggunakan overstock raw materials untuk memperpanjang shelf life/expire date bahan baku dan mengambil momen tren popsicle boba. Dengan usaha baru frozen, bahan baku yang ada bisa diperpanjang 1-2 tahun lagi dan mengurangi potensi kerugian.

Ke depan, Jacqueline ingin mengimplementasikan full ERP system di Kokumi untuk memudahkan standardisasi produk, logistik, operasional, dan keuangan, serta meningkatkan efisiensi, termasuk mengurangi potensi human error. Tidak ketinggalan, Kokumi akan terus masuk ke ranah digital, mulai dari pembayaran, penyediaan aplikasi, hingga digital marketing, dan memperkuat brand identity secara digital sehingga relevan dengan zaman.

“Kami juga ingin go international, menjadi brand lokal yang bisa mendunia dan memperkenalkan citarasa khas Indonesia ke dunia,” Jacqueline menegaskan.(*)

Jeihan Kahfi Barlian

www.swa.co.id


Artikel ini bersumber dari swa.co.id.

Tinggalkan Balasan