tribun-nasional.com – Jakarta, CNBC Indonesia – Bagi orang Indonesia apapun mereknya pasti akan menyebut mie instant sebagai ‘Indomie’. Ini persis seperti air mineral yang disebut ‘Aqua’ dan pasta gigi yang biasa disebut ‘Odol’.
Kebiasaan orang menyebut Indomie sebagai kata ganti tentu tidak terlepas dari kejayaan Indomie yang sudah melegenda. Mi instant yang kini diproduksi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ini adalah penguasa pasar di Indonesia bahkan dunia. Keberhasilan ini tidak terlepas dari tangan dingin Sudono Salim atau Liem Sioe Liong.
Awalnya, Indomie bukan punya Salim melainkan dimiliki oleh Djajadi Djaja lewat Sanmaru Food Manufacturing. Djaja memproduksi mie instant dengan nama produk Indomie, singkatan Indonesia Mie pada 1972.
Meski pada tahun tersebut belum bermain di mie instant, Salim secara tidak langsung sebetulnya sudah berkecimpung di sektor tersebut. Sebab, dia punya pabrik pengolahan bahan dasar mie, yakni tepung gandum, terbesar di Indonesia bernama Bogasari. Lima tahun kemudian barulah Salim benar-benar terjun memproduksi mie.
“Bisnis mie instant pertama Salim adalah Sarimi lewat PT Sarimi Asli Jaya pada 1977. Sarimi adalah singkatan dari inti sari mie,” tulis Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group (2016).
Hadirnya Salim dalam bisnis mie instant mengacaukan pasar Indonesia yang sudah ada. Besarnya kekuatan Salim sebagai pengusaha ulung di era Soeharto membuat Indomie dan Supermie yang lebih dulu eksis takluk oleh kekuatan Sarimi.
Hingga akhirnya, Salim mengakuisisi kepemilikan Indomie dan Supermie pada 1980-an. Sejak itu, seluruh merek mie instant di Indonesia sudah dimiliki Salim. Dan Indomie menjadi rajanya.
Besarnya koneksi dengan pemerintah menjadi elemen penting bagi bisnis Salim, termasuk Indomie, sehingga menjadi kuat di pasaran Indonesia. Satu peristiwa yang membuat Indomie dan merek mie milik Salim lainnya menjadi terkenal terjadi pada 1978. Saat itu Indonesia mengalami ancaman pangan yang mengakibatkan kelangkaan beras. Karena tak ada beras, maka penduduk memanfaatkan mie instant sebagai pengganti nasi. Bahkan, para abdi negara dapat jatah mie instant.
Setelah masa sulit itu berlalu, pelan-pelan mi instan makin banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Indomie yang harganya relatif terjangkau, mudah disajikan, dan tahan lama membuatnya berkembang pesat di Indonesia
Selain disebabkan oleh koneksi, peningkatan konsumsi Indomie disebabkan karena pabrikan pandai berinovasi. Dalam laman resminya, varian pertamanya adalah Indomie Mie Goreng yang terinspirasi dari masakan tradisional Indonesia, yakni Mi Goreng. Karenanya, Indomie menjadi sangat populer dan mendobrak pasar Indonesia.
Setelah sukses di Indonesia, Salim mencoba mendobrak pasar global. Salim bukanlah pengusaha yang memulai bisnis dari bawah, tetapi menjadi investor di beberapa perusahaan asing. Dan ini dilakukannya untuk memperluas pasar Indomie ke Afrika dan negara lainnya pada 1992. Perluasan Indomie ini juga disebabkan oleh tingginya permintaan pasar global.
Sebagaimana dipaparkan Joe Clifford dalam The Nation and the Noodle: Indomie and Identity in Indonesia (2022), kala itu banyak negara di Afrika Barat dan Utara yang sedang menumbuhkan industri halal. Sementara di Australia dan Selandia Baru kebutuhan pasar terhadap makanan penghilang rasa lapar yang murah juga meningkat. Atas dua kasus ini, Salim lewat Indomie kemudian masuk dan menjadi penguasa mie instant di negara-negara tersebut.
Melansir laman Business Hubone, dalam kasus di Afrika, tepatnya di Nigeria, Salim membentuk Dufil, perusahaan patungan kerjasama Salim Grup dengan Grup Tolaram asal Singapura, untuk memproduksi Indomie. Karena masyarakat Nigeria senang terhadap ide dan produk baru, maka dalam sekejap Indomie laris-manis di sana hingga kini.
Dalam paparan Australian Financial Review, Indomie kini telah melampaui Ando dan Nissin Food sebagai pembuat mie instant terbesar di dunia, sekaligus merek yang paling banyak dipilih di dunia. Kini, Indomie diekspor ke lebih dari 100 negara di Asia, Afrika, Amerika dan Timur Tengah. Bahkan di Nigeria, Salim Group telah membuat pabrik khusus Indomie karena besarnya pasar di sana.