tribun-nasional.com – Horor.
Kesan itu kerap muncul dalam benak mereka yang wara-wiri di jalan nasional Sumatera. Terutama, para pengemudi atau sopir truk.
Bukan tanpa alasan, mereka sering kali merasa cemas melintas di jalan nasional karena medannya yang berat. Jalan yang bergelombang dan berlubang menjadi tantangan besar bagi para sopir. Salah manuver, bisa-bisa truk mereka bisa terguling. Jelas, nyawa pun menjadi taruhannya.
Tak cuma itu, yang paling mengerikan ialah karena sejumlah titik rawan aksi kriminal, dari pemalakan hingga ‘bajing loncat’. Hal ini membuat para sopir berpikir berkali-kali untuk melintas.
Bagi para sopir truk, kondisi yang seperti itu sudah menjadi ‘rahasia umum’. Seperti diceritakan Valentino, sopir truk yang kerap bolak-balik Jakarta-Sumatera. Sehari-hari, ia mengangkut beras dan buah-buahan dari Jakarta ke sejumlah daerah di wilayah Lampung seperti Metro, Kota Bumi dan Natar.
Dalam sepekan, setidaknya Valentino bisa dua kali bolak-balik Jakarta-Sumatera. Durasi bolak-balik ini tergantung permintaan pengantaran.
Diakuinya, melintas di jalan nasional cukup memacu adrenalin. Sebab, ia harus berhadapan dengan risiko tindakan kejahatan seperti pemalakan dan bajing loncat. Jika apes berjumpa bajing loncat, maka ia mau tak mau harus merelakan muatannya dijarah.
“Ada yang malak lah, atau biasanya lebih seram lagi bajing loncat, bisa habis barang kita diambil,” kata Valentino kepada detikcom di Rest Area Tol Bakauheni-Terbanggi Besar beberapa waktu lalu.
Namun, itu cerita lama. Dengan hadirnya Tol Trans Sumatera yang dibangun PT Hutama Karya (Persero) membuat Valentino dan rekan-rekannya merasa aman. Lantaran, para sopir punya alternatif, selain melintas di jalan nasional.
“Buat kami para sopir jadi lebih aman, angka kriminalitas kan berkurang soalnya kalau kita lewat jalan nasional itu biasanya ada titik-titik tertentu yang kita biasa harus memberikan uang lah istilahnya,” terangnya.
Dengan kondisi jalan yang lebih baik, ia juga tak khawatir truknya oleng. Kemudian, keamanan di tol yang terjaga membuat Valentino percaya diri melintas.
Waktu tempuh pun relatif lebih singkat. Jika lewat jalan nasional, ia bisa menghabiskan waktu 4-5 jam dari Bakauheni sampai ke Lampung. Kini, waktu tersebut bisa dipangkas hanya menjadi sekitar 2 jam.
Tak berhenti di situ, Valentino mengatakan, risiko kecelakaan berkurang karena ia bisa istirahat di rest area tol. Di sana, ia bisa makan, ibadah bahkan tidur. Yang pasti, kata dia, tak ada kesulitan menempatkan kendaraannya karena rest area memiliki parkir yang luas.
“Kalau kita lewat jalan nasional harus nyari tempatnya, buat parkir kita juga susah,” katanya.
Laksmi, warga Parung Panjang, Kabupaten Bogor juga kecipratan manfaat Tol Trans Sumatera yang dikebut pembangunannya oleh Hutama Karya ini. Ia mengaku, tiap tahun biasa mudik ke kampung halamannya di Padang, Sumatera Barat.
Sebelum tol hadir, ia juga berhadapan dengan kondisi horor saat balik ke Padang. Jika menggunakan mobil pribadi, ia harus menghabiskan waktu berhari-hari untuk sampai ke tujuan. Sementara, jika menggunakan pesawat, ia harus merogoh kocek yang dalam.
Sebab, untuk balik ke kampung halaman ia harus menghitung anggaran untuk dirinya, suami dan anaknya.
“Kalau dengan pesawat nggak dipungkiri ya masalah biaya yang cukup mahal pada saat musim mudik. Kalau dengan jalan nasional, waktu yang ditempuh jelas akan lebih lama pastinya,” ujarnya kepada detikcom.
Menurut Laksmi, kehadiran Tol Trans Sumatera sangat membantu keluarga kecilnya itu mudik. Dia bercerita, jika dengan mobil pribadi dan melintas di jalan nasional, bisa menghabiskan waktu sekitar 2 hari. Estimasi waktu itu bisa bertambah jika macet karena sejumlah titik yang dilewati merupakan pasar tradisional.
Dengan hadirnya tol, diakuinya waktu tempuh bisa lebih cepat di mana Jakarta-Padang bisa memakan waktu 1 hari 1 malam. Terakhir kali, ia melintas tol tersebut hingga Palembang. Biasanya, Laksmi menghabiskan waktu sampai 12 jam dari Bakauheni ke Palembang. Kehadiran tol membuat waktu tempuh Bakauheni ke Palembang jauh lebih singkat yakni sekitar 5 jam.
“Tol Trans Sumatera ngebantu banget sih, lebih cepat. Dari Jakarta ke Padang ditempuh dengan waktu kurang lebih 1 hari 1 malam, cukup memangkas waktu banget dari Bakauheni ke Palembang,” paparnya.
Mudik lewat tol ini juga lebih hemat jika dibanding menggunakan pesawat. Biasanya, ia bisa menghabiskan ongkos sampai Rp 15 juta pergi-pulang ke Padang bersama suami dan anaknya. Dengan menggunakan mobil pribadi dan lewat tol, dana yang ia keluarkan sekitar Rp 10 juta.
Bonus lain yang ia dapat ketika melintas tol ialah pemandangan yang indah serta rasa aman ketika melintas.
“Kalau naik pesawat estimasi bisa sampai Rp 15 juta lebih, untuk pulang pergi sekeluarga dengan 2 dewasa 1 balita. Tahun lalu, mudik dengan mobil bisa habis kurang lebih Rp 10 juta sudah pulang pergi ditambah bonus pemandangan,” ungkapnya.
–Trans Sumatera Dukung Arus Logistik
Tol Trans Sumatera yang dibangun Hutama Karya memiliki peran penting untuk mendukung perekonomian nasional pada umumnya dan Sumatera pada khususnya. Sebab, tol mendorong kelancaran arus barang.
“Tol Trans Sumatera, tol itu kan hakikatnya untuk membawa, melancarkan arus barang,” kata Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno saat berbincang dengan detikcom.
Menurutnya, agar arus logistik semakin lancar maka tarif untuk angkutan barang ini harus ditekan semurah mungkin. Namun dengan catatan, angkutan barang atau truk logistik yang melintas tidak boleh over dimention over loading (ODOL) alias ‘obesitas’. Caranya, yakni dengan menempatkan perangkat weight in motion (WIM).
Lanjutnya, supaya tarif angkutan barang bisa tambah murah, cara yang bisa ditempuh yakni membebankan kenaikan tarif ke kendaraan pribadi. Opsi lain yakni tarif kendaraan pribadi tetap tetapi konsesi tol diperpanjang.
Langkah tersebut diperlukan untuk menutup biaya investasi pembangunan tol. “Itu bisa menjadi solusi distribusi angkutan barang, harus murah,” katanya.
Untuk mendukung arus logistik ini, kata Djoko, fasilitas pendukung mesti tersedia. Sebutnya, seperti tempat istirahat untuk para pengemudi, tempat mandi, hingga hotel.
“Saya pikir rest area itu sudah banyak mengakomodir orang daerah ya. Kios, tempat UMKM-nya sudah bagus lah,” ujarnya.
Sementara, pengusaha truk yang juga Sekretaris Jenderal Perkumpulan Perusahaan Multimoda Transport Indonesia (PPMTI) Kyatmaja Lookman mengatakan, tol merupakan jalan bebas hambatan. Keberadaannya sangat penting untuk memangkas waktu tempuh dari satu daerah ke daerah lain.
“Memang keberadaan tol itu memegang peranan penting di berbagai negara karena berfungsi untuk meningkatkan produktivitas,” ujarnya kepada detikcom saat berbicara mengenai Tol Trans Sumatera.
Menurut Kyatmaja, adanya tol membuat angkutan jalan akan semakin terbantu. Sebab, bisa bersaing dengan moda transportasi lainnya seperti udara, laut dan rel atau kereta. Namun demikian, bukan berarti tol tanpa tantangan.
Dia mengatakan, pembangunan tol sendiri tidak murah. Sehingga, kata dia, penghematan waktu yang dirasakan oleh pengguna akan dihitung dengan biaya menggunakan tol.
“Setidaknya untuk angkutan orang dampaknya besar karena semakin banyak pilihan moda, tapi untuk truk ini harus dihitung lebih rinci,” ujarnya.
–Hutama Karya Jalankan Tugas
Pemerintah mendorong pembangunan infrastruktur dan menempatkan konektivitas sebagai salah satu prioritas. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 100 Tahun 2014 yang kemudian diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 117 Tahun 2015, pemerintah memberi amanat kepada Hutama Karya untuk membangun dan mengembangkan Tol Trans Sumatera.
Tol tersebut menghubungkan Lampung dan Aceh melalui 24 ruas jalan berbeda di mana panjang keseluruhannya mencapai 2.704 km.
Hingga Januari 2023 lalu, Hutama Karya telah membangun Tol Trans Sumatera kurang lebih 1.064 kilometer (km). Dari tol yang dibangun tersebut, sepanjang 599 km sudah beroperasi dan 465 km dalam tahap konstruksi.
Beberapa tol yang telah beroperasi penuh tersebut di antaranya Tol Bakauheni-Terbanggi Besar (141 km), Tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung (189 km), Tol Palembang-Indralaya (22 km), Tol Medan Binjai (17 km), Tol Pekanbaru-Dumai (132 km). Lalu, Tol Sigli Banda Aceh Seksi 2, 3 dan 4 (37 km), Tol Binjai-Langsa Seksi 1 (12 km), Tol Bengkulu-Taba Penanjung (18 km), dan Tol Pekanbaru-Bangkinang (31 km).
Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto mengatakan, pembangunan Tol Trans Sumatera memberikan efek berganda. Berdasarkan informasi dari PT PLN (Persero), di sepanjang ruas tol terdapat peningkatan permintaan sambungan listrik baru untuk golongan menengah ke atas.
“Ini menunjukkan adanya jalan tol ini memiliki efek terhadap pertumbuhan ekonomi di sana dan industri,” kata Budi jelang tutup tahun lalu saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI.
Tak hanya itu, kehadiran tol ini juga memacu pertumbuhan UMKM. Budi mengatakan, pihaknya mengalokasikan 70% rest area untuk pelaku usaha yang menjadi penopang ekonomi Tanah Air ini.
“Sampai sekarang juga tidak mengundang vendor dari luar, kami mendorong untuk lokal yang bisa masuk,” terang Budi.
Kepada detikcom, Branch Manager Ruas Tol Bakauheni-Terbanggi Besar, Hutama Karya, Hanung Hanindito menjelaskan, Tol Trans Sumatera memberikan manfaat yang besar kepada seluruh sektor industri. Ia menyebut, sektor pariwisata pun turut terangkat yang ditandai dengan pertumbuhan hotel dan restoran.
“Mobilitas masyarakat antar daerah juga semakin meningkat karena JTTS (Jalan Tol Trans Sumatera) menghubungkan perkotaan dan pedesaan dalam suatu aglomerasi yang memberikan akses untuk meningkatkan kesejahteraannya,” katanya.
Tol Bakauheni-Terbanggi Besar merupakan bagian dari Tol Trans Sumatera dan menjadi ‘gerbang’ Sumatera. Tol yang diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 3 Maret 2019 lalu ini menjadi penghubung Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan.
Mulanya, terang Hanung, dari Pelabuhan Bakauheni menuju Palembang memakan waktu sekitar 12 hingga 14 jam perjalanan. Dengan hadirnya tol, kini dua titik tersebut bisa ditempuh dengan waktu 5 hingga 6 jam saja.
“Ini sudah terhitung dengan waktu istirahat pengendara,” kata Hanung.
Tak hanya sebatas itu, keberadaan tol ini mendorong penciptaan lapangan kerja lantaran Hutama Karya mengutamakan putra dan putri daerah dalam pengoperasian tol. “Dalam hal UMKM, rest area yang berada di sepanjang jalan tol juga telah mengundang warga sekitar untuk ikut dalam kegiatan perekonomian ini,” paparnya.