tribun-nasional.com – Miliarder George Soros memiliki ide yang cukup ekstrem terkait perubahan iklim. Ia secara blak-blakan mendukung geoengineering surya yang merupakan teknologi eksperimental untuk meredupkan Matahari sehingga memperlambat pencairan es di kutub.
Seperti yang dilaporkan Fortune, Soros mengeluarkan seruannya untuk berinvestasi dalam teknologi kontroversial itu menjelang Munich Security Conference.
Meski demikian, dibandingkan dengan metode lainnya selain bidang geoengineering surya, ide yang didukung Soros tampaknya lebih didukung oleh ilmu lingkungan daripada yang lain.
Dalam sambutannya yang dipublikasikan, Soros mencatat bahwa Samudra Arktik dulu ditutupi oleh salju dan es murni yang memantulkan matahari dalam apa yang disebut ‘efek albedo’, tetapi kenaikan suhu global sedemikian rupa sehingga Lapisan es Greenland sudah mulai mencair.
Mengutip ahli kimia kerajaan Inggris David King, miliarder itu pun mengusulkan proses pembekuan kembali Arktik melalui geoengineering yakni mereplikasi efek albedo dengan menciptakan awan putih tinggi di atas bumi.
“Dengan perlindungan ilmiah yang tepat dan dalam konsultasi dengan masyarakat adat setempat,” lanjut Soros, mengutip Futurism di Jakarta, Rabu (22/2/23). “Proyek ini dapat membantu menstabilkan kembali sistem iklim Arktik yang mengatur seluruh sistem iklim global.”
Miliarder itu melanjutkan dengan memperingatkan bahwa mencairnya lapisan es Greenland menimbulkan ancaman bagi kelangsungan peradaban kita. Namun, ini bisa dicegah oleh para orang kaya, jika saja mereka menggunakan sebagian dari kekuatan dan kekayaan mereka.
“Kita harus mengarahkan kembali lembaga keuangan internasional kita, khususnya Bank Dunia, untuk fokus pada perubahan iklim,” kata Soros dalam pidatonya.
Seperti yang dia tunjukkan, sudah ada satu kemenangan kecil di depan mata yaitu pengunduran diri presiden penyangkalan iklim Bank Dunia, sehari sebelum pernyataan Soros ini.
“Pesannya jelas: campur tangan manusia telah menghancurkan sistem yang sebelumnya stabil,” kata Soros. “Dan kecerdikan manusia, baik lokal maupun internasional, akan dibutuhkan untuk memulihkannya.”
