Nggak Cuma Sekali, Ini 3 Tuduhan Bertubi-tubi ke Pertalite

tribun-nasional.com – Sederet tuduhan diberikan oleh netizen Indonesia pada BBM jenis Pertalite keluaran Pertamina. Tuduhan-tuduhan ini bermunculan setelah BBM yang disubsidi pemerintah itu naik harganya pada awal September 2022.

Harga Pertalite naik dari awalnya Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Hal itu mulai berlaku sejak 3 September 2022, di hari yang sama saat kenaikan harga itu diumumkan pemerintah.

Semenjak saat itu, BBM Pertalite terus menerus disebut mengalami penurunan kualitas dan makin boros. Terakhir, BBM Pertalite disebut turun kadar oktannya. Pertalite disebut sebagai BBM RON 86, padahal seharusnya RON 90.

Dalam catatan detikcom sendiri sudah ada sederet tuduhan ke Pertalite yang viral di media sosial. Berikut ini rangkumannya:

Di bulan September lalu, jagat maya tengah dihebohkan oleh kabar jika BBM jenis Pertalite kini lebih boros. BBM RON 90 itu disebut lebih boros setelah harganya mengalami kenaikan.

Ada beragam alasan netizen. Salah seorang netizen menyebut jika Pertalite lebih boros karena masalah takaran di SPBU yang tidak tepat. Bukan cuma itu, BBM Pertalite juga disinggung sangat mudah menguap

“Meteran di Pertamina Retail COCO 31 nya yang nggak benar dan tidak seperti sebelum harga naik. Dulu itu dimulai angka 0 lalu 250 tapi sekarang dimulai angka 0 lalu 330 jelas aja lebih sedikit yang masuk ke tangki konsumen dan secara langsung merugikan konsumen. Saya selalu perhatikan dan selalu isi tangki mobil di malam hari atau di pagi hari yang tingkat memuai karena sinar matahari atau panasnya bumi tinggi tinggi. Tolong dong balikan seperti semula. Walau sudah protes tetap aja belum diubah sama pom bensinnya,” tulis akun akun Er***** dalam komentar berita seperti dikutip Kamis (22/9/2022) yang lalu.

Sementara itu, Pertamina menegaskan jika kualitas Pertalite tidak ada yang diubah. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengungkapkan Pertalite dipasarkan melalui lembaga penyalur resmi di Indonesia sesuai dengan Keputusan Dirjen Migas Nomor 0486.K/10/DJM.S/2017 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin 90 Yang Dipasarkan Di Dalam Negeri.

“Batasan dalam spesifikasi Dirjen Migas yang menunjukkan tingkat penguapan pada suhu kamar di antaranya adalah parameter Reid Vapour Pressure (RVP). Saat ini hasil uji RVP dari Pertalite yang disalurkan dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina masih dalam batasan yang diizinkan, yaitu dalam rentang 45-69 kPa (Kilopascal),” kata Irto dalam keterangan tertulis, Rabu (21/9).

Pertamina menjamin seluruh produk BBM termasuk Pertalite yang disalurkan melalui lembaga penyalur resmi seperti SPBU dan Pertashop sesuai dengan spesifikasi dan melalui pengawasan kualitas yang ketat. Sedangkan produk BBM yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan tidak akan disalurkan ke masyarakat.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Media sosial Facebook juga pernah dihebohkan dengan sebuah unggahan yang menunjukkan perbandingan warna BBM Pertalite lama dan baru. Warna BBM Pertalite yang baru dinarasikan lebih keruh dengan yang lama.

Dalam unggahan tersebut nampak ada foto bensin yang ditampung dalam dua botol bekas air mineral 1 literan. Botol yang satu warna bensinnya terlihat hijau pekat, sementara di sebelahnya warna bensinnya hijau pucat.

Bensin yang ada di dalam foto itu disebut-sebut adalah Pertalite. Masih dari unggahan tersebut juga disebutkan BBM Pertalite makin boros.

“Perbandingan Pertalite yang lama sama yang baru. Pantas boros betul,” tulis akun yang mengunggah foto tersebut, dilihat detikcom, Minggu (25/9/2022).

Pertamina sendiri buka suara soal unggahan tersebut. Irto Ginting kembali membantah ada perubahan pada BBM Pertalite. Tidak ada perubahan terjadi baik sebelum dan sesudah kenaikan harga.

“Sejauh ini sample yang kami cek masih on spek yang ditentukan Pemerintah,” tegas Irto saat dihubungi detikcom.

Irto juga menjelaskan warna yang diberikan pada BBM hanya untuk pembeda saja. Misalnya, warna BBM Pertalite hijau sementara Pertamax biru. Menurutnya rupa warna dari suatu BBM tidak ada kaitannya dengan boros atau tidaknya BBM.

Menurutnya, warna asli BBM justru adalah bening. Pihaknya menambahkan zat pewarna pada BBM hanya bertujuan agar masyarakat umum dapat membedakan jenis-jenis BBM yang digunakan.

“Warna yang diberikan pada BBM hanya untuk pembeda, tidak ada kaitannya dengan boros tidaknya dalam penggunaan BBM,” ungkap Irto.

Dia kembali menegaskan zat pewarna yang dicampurkan ke dalam BBM sama sekali tidak mempengaruhi performa atau kualitas BBM.

“Zat pewarna ini tidak berpengaruh terhadap performa atau kualitas atau spesifikasi BBM,” pungkas Irto.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Tuduhan paling baru, BBM Pertalite disebut-sebut hanya memiliki kadar oktan atau RON 86, padahal seharusnya RON 90.

Hal itu ramai diperbincangkan di Twitter, ada satu akun pengguna yang mengunggah foto botol yang disebut-sebut berisi bensin Pertalite. Warna cairan di dalam botol itu berwarna hijau seperti bensin Pertalite.

Nah di atas botol tersebut nampak ada alat yang menunjukan angka 86 dan dicelupkan ke dalam botol yang berisi bensin tadi. Alat itu disebut-sebut sebagai pengukur oktan bensin, dan angka yang ditunjukkan adalah kadar oktan pada bensin tersebut. Unggahan foto itu diposting oleh akun bernama @yo2****.

“Ini namanya perampokan dan aparat melempem seperti kerupuk kena air,” kata akun tersebut seperti dilihat detikcom, Minggu (9/10/2022).

Irto Ginting pun menyangkal narasi yang disebutkan Pertalite merupakan oktan 86. Dia menjelaskan beberapa hal soal Pertalite bukan BBM RON 86.

Pertama, alat pengujian RON yang akurat harus mengacu kepada metode standar seperti ASTM RON method. Dengan metode itu seluruh proses pengujian dapat divalidasi dan alat yang digunakan selalu dikalibrasi.

Kemudian, pada gambar yang viral tersebar di media sosial itu, Irto menegaskan pihaknya tak bisa memastikan alat yang digunakan sesuai dengan alat uji yang benar.

“Pertamina tidak dapat memastikan alat yang digunakan dalam pengujian RON. Jika alat yang digunakan tersebut adalah Oktan Analyzer Portable, alat tersebut juga harus terbukti sudah terkalibrasi menggunakan certified reference material secara berkala,” ungkap Irto kepada detikcom.

Irto juga menyatakan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPPTMGB) atau Lemigas sudah menguji 6 sample Pertalite di SPBU wilayah Jakarta. Ia memastikan RON yang dihasilkan adalah Pertalite RON 90.

“Lemigas juga sudah menguji 6 sample Pertalite di SPBU wilayah Jakarta. Seluruh sample menunjukkan hasil atau spek Pertalite masih sesuai dengan ketentuan Dirjen Migas No. 0486.K/10/DJM.S/2017 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) BBM Jenis Bensin RON 90 yang Dipasarkan di Dalam Negeri,” papar Irto.

Tinggalkan Balasan