tribun-nasional.com – Ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global membuat investor cenderung mengamankan dananya ke aset investasi yang lebih kondusif. Obligasi disebut-sebut menjadi instrumen investasi yang paling menarik tahun ini.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, bahkan investasi obligasi lebih menarik untuk investor sebagai safe haven asset dibandingkan sama aset yang lain seperti saham yang lebih berisiko.
“Menurut saya obligasi paling menarik di tengah situasi pasar global yang penuh ketidakpastian geopolitik dan kemungkinan tinggi resesi global,” ujarnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (22/2).
Arjun menjabarkan, Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun akan bergerak di kisaran imbal hasil 6,64% secara year to month (YTM) untuk skenario optimis, sementara 6,87% untuk untuk skenario dasar.
“Jenis obligasi pemerintah menarik tahun ini karena inflasi mengalami trend penurunan dan suku bunga berharap akan peak di 1H2023 sebelum turun atau flat,” sebutnya.
Pendapat berbeda dikatakan oleh Analis DCFX Lukman Leong. Menurutnya, dengan tingkat suku bunga yang akan mencapai puncak tahun ini, obligasi sebenarnya kurang menarik. Hal itu disebabkan oleh ekspektasi suku bunga yang terus meningkat menyebabkan harga pada obligasi cenderung menurun.
Namun, kata Lukman, perkiraan ekonomi tahun depan akan kembali membaik dan suku bunga acuan akan menurun. Sehingga investor obligasi disarankan untuk mengambil investasi dalam jangka menengah.
“Namun diperkirakan tahun depan ekonomi akan mulai kembali membaik dan suku bunga akan menurun, sehingga investor lebih melirik obligasi jangka menengah 2 tahun,” pungkasnya.
Di sisi lain, Group Chief Investment Officer Steve Brice mengatakan, tingkat inflasi kemungkinan akan tetap berada di atas tingkat yang aman bagi para bank sentral di seluruh dunia. Apalagi pertumbuhan di China yang akan kembali pulih lantaran penghapusan pembatasan kegiatan masyarakat secara bertahap dan fokus kebijakan pada stabilisasi pertumbuhan di negara tersebut.
Tingkat imbal hasil saat ini menjadi salah satu peluang besar di tahun 2023. Fokus harus ditujukan pada obligasi overweight seperti obligasi pemerintah dan/atau korporasi yang berkualitas dibandingkan dengan ekuitas dan uang tunai.
Fokus kepada tingkat imbal hasil harus diimbangi dengan eksposur ke nilai jangka panjang, yang terlihat di pasar ekuitas dan obligasi Asia (di luar Jepang). Di Kawasan Asia di luar Jepang, investasi bisa ditujukan pada ekuitas China yang overweight mengingat valuasinya yang murah serta katalis positif. Kelas aset menarik lainnya adalah obligasi Asia USD.
Adanya kemungkinan resesi di Amerika Serikat berarti investor harus siap menghadapi kejutan yang tidak menguntungkan, dan obligasi pemerintah berkualitas tinggi dapat menjadi salah satu mitigasi tersebut. Uang tunai dan emas juga merupakan penjaga portofolio utama.
Dengan asumsi bahwa kenaikan yang tidak normal dalam korelasi antara obligasi dan saham tidak akan bertahan hingga akhir tahun 2023, maka permintaan untuk aset yang relatif tidak berkorelasi kemungkinan besar akan terus berlanjut. Strategi alternatif, seperti strategi alternatif likuid dan kelas aset privat, dapat membantu.