Penyakit Kanker Bebani Anggaran BPJS Kesehatan, Menkes Dorong Sinergi dengan RS Swasta

Penyakit Kanker Bebani Anggaran BPJS Kesehatan, Menkes Dorong Sinergi dengan RS Swasta

tribun-nasional.com – JAKARTA, – Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin mendorong sinergi dengan Rumah Sakit (RS) Swasta untuk menggiatkan deteksi dini kanker.

Hal itu, disebabkan penyakit kanker menjadi salah satu dari 8 penyakit yang membebani atau menggerogoti anggaran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan.

“Anggaran BPJS Kesehatan untuk penyakit kanker menempati peringkat kedua tertinggi setelah penyakit jantung sebesar Rp3,5 triliun,” kata Menkes.

Dia menjelaskan, deteksi dini pada kanker dapat dilakukan dengan beberapa metode. Misalnya, untuk kanker payudara caranya mengecek menggunakan metode SADANIS (Pemeriksaan Payudara Secara Klinis) dan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).

“Kanker yang ditemukan pada stadium yang lebih dini dapat meningkatkan peluang kesembuhan hingga 80-90 persen. Salah satu upayanya adalah melalui deteksi dini,” ujar Menkes.

Terkait dengan itu, Budi Gunadi Sadikin mendorong sinergi dengan RS Swasta untuk melakukan terobosan dalam upaya deteksi dini kanker, demi menekan pasien penderita kanker di Indonesia.

“Pemerintah dibantu swasta terus melakukan terobosan dalam penanganan berdasarkan jenis kanker yang paling banyak diderita masyarakat,” ujar Menkes.

Menanggapi pernyataan Menkes, Presiden Komisaris PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), John Riady, mengatakan siap mendukung upaya pemerintah menekan risiko penyakit kanker di Indonesia.

Berdasarkan data Global Cancer Statistics (Globocan), kanker sebagai penyakit katastropik adalah penyebab kematian nomor dua di dunia dengan jumlah 9.6 juta kematian per tahun. Di Indonesia pada tahun 2020, kasus baru kanker sebanyak 396.314 kasus dengan kematian mencapai 234.511 orang.

Perempuan adalah kelompok berisiko tinggi terkena kanker, tercatat kanker payudara sebanyak 65.858 kasus dan kanker leher rahim sebanyak 36.633 kasus. Sedangkan laki-laki paling banyak menderita kanker paru yaitu sebanyak 25.943 kasus dan kanker kolorektal 21.764 kasus.

“Kanker adalah penyakit katastropik serius. Penanganannya harus dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah dan swasta,” kata John, melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (26/2/2023).

Dia mengungkapkan, sejak tahun 2011 SILO mengoperasikan pusat penanganan kanker Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center (MRCCC), berperan sebagai Center of Excellence (CoE) untuk penanganan kanker di Indonesia.

Selain memiliki fasilitas perawatan mumpuni, MRCCC juga menyediakan dokter spesialis, fasilitas khusus, hingga layanan komprehensif, dan spesifik untuk perawatan pasien.

“Kami menyadari peran dan tanggung jawab besar yang harus diemban rumah sakit swasta untuk melayani masyarakat. Saya pastikan MRCCC berada di garda terdepan untuk mendukung transformasi layanan kesehatan di Indonesia, yang dipimpin Kementerian Kesehatan dalam mengikis kesenjangan penanggulangan kanker di daerah,” ujar John.

Sebagai satu-satunya pusat kanker swasta terakreditasi dan pusat kanker tersier rujukan, MRCCC juga berperan signifikan sebagai fasilitas deteksi dini, bedah onkologi, kemoterapi, dan radioterapi secara terpusat di satu lokasi.

John menjelaskan, MRCCC menyediakan beragam fasilitas dan alat penunjang seperti USG, Mamografi, MRI, PET-CT Scan, laboratorium molekular diagnostik, serta laboratorium patologi imunohistokimia yang berperan untuk menegakkan diagnosis dan menentukan terapi.

Hingga akhir tahun 2022, lanjutnya, MRCCC telah melayani lebih dari 91.000 pasien kanker, lebih dari 34.000 radioterapi, lebih dari 10.000 kemoterapi, lebih dari 4.600 prosedur pemindaian PET-CT Scan, dan melakukan lebih dari 2.900 tindakan operasi.

Editor : Jeanny Aipassa

Follow Berita iNews di Google News