tribun-nasional.com – JAKARTA – Farash Farich CEO MahakaX. kini menjadi ‘juru kunci’ di tiap keputusan mahakaX.
Utamanya di ranah creative intellectual properties (IPs), creative marketing & technology hingga mengambil posisi sebagai solusi finansial bagi para pelaku industri kreatif digital Indonesia.
Melalui rebranding sebagai mahakaX pada 2022 lalu, PT Mahaka Media TBk (ABBA) memang punya ambisi untuk mengubah media konvensional menjadi media tech company guna memperkuat ekosistem konten digital yang lebih baik.
Model bisnis 360 derajat pun tidak luput dari perhatiannya, di mana mereka akan menggarap one stop service untuk para konten kreator untuk bisa menghasilkan karya yang menyesuaikan minat masyarakat.
Lantas, seperti apa sosok Farash Farich ini? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.
Farash yang menjabat sebagai CEO MahakaX. Ternyata, merupakan lulusan Universitas Indonesia dengan gelar Finance pada 2004 silam.
Usai menyelesaikan studi sarjananya, dia melanjutkan ke Corporate Finance Analyst. Di sana, Farash terlibat dalam perancangan model bisnis dalam menjalin akusisi potensial dalam negeri terhadap investor dalam negeri selama dua tahun lamanya.
Farash memang ahli dalam dunia keuangan, beberapa peran pun telah dirinya isi, dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Wajar, jika ini memperlihatkan bahwa dia merupakan sosok yang tak pernah puas soal pencapaian dan tidak ingin hanya bertahan di satu peran.
Bahkan, guna mencari peruntungan baru, Farash pun memutuskan untuk mengemban posisi sebagai Head of Investment selama hampir enam tahun. Berkat kecermatannya, tak heran jika banyak perusahaan yang melirik sosoknya, terbukti dia pun diserahi tanggung jawab untuk menjadi Direktur dalam Avrist Asset Management.
Namun, Farash merasa dengan tingginya puncak posisi yang kala itu sebagai Head of Investment, makin dirinya merasa haus akan ilmu. Alhasil, sembari memikul tanggung jawabnya terhadap perusahaan itu, Farash pun melanjutkan pendidikan di Universitas Gadjah Mada dengan jurusan Fiinance tahun 2017.
Di tahun keduanya, dia pun mendapat kesempatan untuk mengikuti Global Exchange Program ke Belanda, tepatnya ke Rotterdam School of Management Erasmus dalam bidang Finance dan Startup selama setahun. Lalu, Farash pun dinyatakan lulus dari UGM pada 2019.
Sebelum dirinya diangkat menjadi CEO MahakaX, dia sempat dipercaya menjadi Wakil Presiden di Indonesia Investment Advisor Association.
“Alasan saya tiba-tiba ke ranah media ini, karena saya tipikal yang ingin terus belajar. Tidak cukup hanya di satu bidang, misal perbankan saja atau terus menjadi Manajer Investasi saja,” ujarnya pada Bisnis, Selasa (28/2/2023).
Baginya, zona nyaman bukanlah suatu hal yang menyenangkan, justru itu menjadi jebakan jika seseorang mudah puas.
Dia pun bercerita, dengan latar belakang karier sebagai analis keuangan serta investor malah menjadikan dirinya sebagai kandidat yang menjadi pertimbangan para pimpinan Mahaka Media untuk membuatnya bergabung dan melakukan pembaruan pada perusahaan.
“Jadi, bagi para Dewan Direksi lainnya merasa jabatan pimpinan penting diisi oleh orang yang mengerti bisnis dan keuangan perusahaan. Akhirnya, kita terus berdiskusi untuk mencapai kesepakatan, sampai di hari ini,” jelasnya.
Tentu, memimpin sebuah bisnis adalah hal yang riskan, lantaran di bawah kepemimpinannya dia harus memastikan perusahaan tumbuh sehat. Akan tetapi, berbekal pengetahuan sebelumnya, dia merasa mampu mengekaselerasi bisnis MahakaX.
“Selama masa transisi ini, bagi saya punya kesamaan ya. Kalau di finance, kita koleksi portfolio company untuk build business. Lain halnya, dengan bisnis itu sendiri, di mana kita investasi sebuah bisnis agar bisa tumbuh. Semua prinsip sama, ada new opportunities kita ambil,” jelasnya.
Kini, dengan berpegang teguh dalam filosofi bisnisnya yaitu ingin terus mengedepankan kualitas konten digital, Farash pun kian giat menjalin kerja sama dengan para pelaku industri kreatif digital di Indonesia.
Terbaru, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan Taulany TV, salah satu jaringan konten kreator besar di Indonesia milik Andre Taulany.
“Ini jadi momentum pertumbuhan ekonomi digital yang baik. Kami juga akan bekerja sesuai dengan kaidah jurnalistrik. Bukan viral yang kami cari, justru yang bisa sustain,” tutup Farash.