tribun-nasional.com – Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,28% ke 6.919,72 pada perdagangan sesi I Selasa (14/2/2023), mengikuti pergerakan Wall Street. Harapan akan terus menurunnya inflasi di Amerika Serikat mendongkrak kinerja Wall Street dan menjalar ke IHSG.
Data pasar menunjukkan nilai transaksi pada perdagangan sesi I sebesar Rp 4,14 triliun, dengan 245 emiten mampu menguat, sementara 205 melemah.
Sektor kesehatan hari ini memimpin penguatan nyaris 2%, sektor finansial yang memiliki bobot paling besar di IHSG berada diurutan ketiga sebesar 0,55%, disusul energi 0,24%.
Pelaku pasar hari ini menanti rilis data inflasi AS yang bisa menentukan suku bunga The Fed (bank sentral AS).
Konsensus Trading Economics memperkirakan inflasi AS diprediksi melambat menjadi 6,2% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada bulan lalu. Angka ini turun dari 6,5% pada Desember 2022.
Jika terus menurun, maka The Fed kemungkinan tidak akan agresif lagi menaikkan suku bunga dan menjadi sentimen positif bagi pasar saham.
Tetapi, jika inflasi malah naik, yang terjadi bisa sebaliknya.
Ketua The Fed Jerome Powell pada pekan lalu menyatakan jika suku bunga bisa naik lebih tinggi dari prediksi sebelumnya jika pasar tenaga kerja masih terus kuat atau inflasi yang kembali meninggi.
“Kenyataannya kami bertindak berdasarkan data. Jadi jika kita terus melihat data, misalnya pasar tenaga kerja yang kuat atau inflasi yang kembali meninggi, itu akan membuat kami kembali menaikkan suku bunga dan bisa saja lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya,” ujar Powell, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (8/2/2023).