Teknologi dan scamming dan budaya kejahatan lainnya di internet

Sejalan, Dosen dan Penyusun Kurikulum Kewirausahaan Wulan Fitriani menyebutkan, kasus yang juga marak terjadi di kalangan remaja adalah perundungan siber atau cyber bullying. Contohnya menyebarkan kebohongan, menggunakan foto yang memalukan seseorang, mengirim pesan menyakitkan berupa ancaman, mengucilkan aktivitas di sebuah grup, menyebarkan kebencian, penguntitan aktivitas seseorang, membuat akun palsu untuk melakukan perundungan.

“Kita harus bijak berinternet supaya menghindarkan bahaya-bahaya di masa depan. Untuk itu, dalam berinteraksi di media sosial pun harus beretika,” katanya.

Sementara itu, Kreator Konten dan Anggota Mafindo Korwil Semarang Basuki Setia Nugroho memberikan contoh dari proses interaksi, partisipasi, dan kolaborasi yang salah di dunia digital atau internet. Interaksi adalah proses komunikasi dua arah antar pengguna terkait mendiskusikan ide, topik dan isu dalam ruang digital. 

“Selanjutnya adalah partisipasi, yaitu proses terlibat aktif dalam berbagi data dan informasi yang bermanfaat bagi diri dan orang lain. Adapun kolaborasi adalah proses kerja sama antar pengguna untuk memecahkan masalah,” katanya.

Menurutnya, ionteraksi yang salah di internet contohnya berkomentar negatif dan ujaran kebencian. Misalnya mengomentari Jeje Citayam Fashion Week dengan komentar negatif. Adapun menyebarkan berita bohong seperti kasus Ratna Sarumpaet adalah contoh dari partisipasi yang salah atau negatif.

Sebagai informasi, perkembangan teknologi yang begitu pesat di Indonesia juga disertai dengan masifnya penggunaan internet yang saat ini telah mencapai 210 juta pengguna atau lebih dari 77% penduduk. Untuk itu diperlukan peningkatan kecakapan bermedia digital dan berinternet agar masyarakat lebih banyak menuai manfaat positif ketimbang aspek negatifnya, apalagi sampai dirugikan.

Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. Untuk mengikuti kegiatan yang ada, masyarakat dapat mengakses info.literasidigital.id atau media sosial @Kemenkominfo dan @Siberkreasi.


Artikel ini bersumber dari www.alinea.id.

Tinggalkan Balasan