Viral Jasa Screenshot iPhone, Psikolog sebut Krisis Kepercayaan Diri

Merdeka.com – Psikolog sosial Universitas Sebelas Maret (UNS), Hening Widyastuti berpendapat terkait fenomena jasa screenshot menggunakan iPhone yang viral belakangan ini. Fenomena ini merujuk pada banyaknya pembeli jasa screenshot menggunakan iPhone agar postingan mereka tampak seperti pengguna brand smartphone besutan Steve Jobs.

Menurutnya, ini merupakan fenomena psikologi massa di mana individu berusaha mengikuti gaya hidup yang sedang ramai dilakukan.

“Mereka melihat bahwa ada kebiasaan baru di lingkungan sosialnya, yakni beramai-ramai menggunakan iPhone. Jadi, psikologis mereka akhirnya merasa ketakutan akan ketertinggalan atau istilahnya FOMO. Dengan menjadi sama seperti orang-orang di kelompoknya mereka merasa eksis dan timbul percaya diri. Pikir mereka juga sesuatu yang wah itu akan dihargai, padahal tidak seperti itu konsep sebuah penghargaan,” kata Hening kepada Merdeka.com melalui sambungan telepon, Rabu (24/8).

Dalam kamus Oxford tahun 2013, FOMO atau Fear of Missing Out adalah perasaan gugup dan cemas yang dialami seseorang ketika dirinya tidak menghadiri acara sosial. Dilansir dari VeryWellMind.com, pada era digital FOMO diartikan juga sebagai perasaan takut kehilangan momen dan sesuatu yang sedang dialami atau dilakukan oleh banyak orang, misalnya sesuatu yang sedang tren di media sosial.

“Hal ini berkaitan dengan krisis kepercayaan diri. Selain itu, konsep tentang menghargai seseorang hanya dilihat dari casing-nya saja, cuma sesuatu yang materialistis. Buktinya adalah dengan keinginan untuk menggunakan sesuatu yang branded, sesuatu yang wah, meskipun minim esensi,” ungkap dia.

Persoalan mendasar ini, lanjut Hening, dipicu oleh era digital dan keterbukaan media sosial yang memungkinkan setiap orang untuk melihat beragam gaya hidup, termasuk gaya hidup selebritas. Berdasarkan survei perilaku pengguna internet Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2022, sebanyak 89,15 persen dari 210 juta pengguna internet Indonesia, konten yang kerap diakses adalah media sosial.

“Akhirnya yang pas-pas an kantongnya ingin diakui, dihargai, dan dihormati seperti itu, barulah timbul perasaan gengsi dan berlanjut memanipulasi. Jadilah diri sendiri, berdiri dengan kemampuan diri kita sendiri. Lingkungan pergaulan sangat berpengaruh pada kepribadian individu,” ujar Hening.

Sebelumnya,media sosial kembali ramai dengan munculnya sejumlah penjual jasa screenshot menggunakan iPhone. Di Twitter, topik ini menjadi trending ketika seorang sender anonim mengirim tangkapan layar sebuah konten TikTok ke akun @tanyakanrl, sebuah bot menfess populer di Twitter, pada Minggu (21/8).

Konten milik penjual jasa screenshot dengan iPhone yang memperlihatkan banyaknya permintaan itu disebarkan oleh sender untuk mengundang komentar dari warga Twitter.

Dilihat dari konten TikTok tersebut, pelanggan jasa ini terbilang cukup banyak. Netizen pun mulai berspekulasi tentang apa motif dibalik ramainya pemakai jasa ini. Sebagian besar menyimpulkan bahwa mereka ingin terlihat sebagai pengguna iPhone. Jasa ini pun dianggap lebih terjangkau dibanding jasa sewa iPhone.

“Ini pilihan yang lebih murah daripada sewa HP iPhone, jadi nggak usah mahal-mahal udah bisa ngerasain dibilang ‘Wih, HP-nya iPhone’,” komentar akun @nesverLand di postingan tersebut.

Tanggapan kontra pun tidak terhindarkan. Terdapat sejumlah netizen yang tidak habis pikir dengan fenomena ini. Salah satunya, akun yang cukup besar dengan nama pengguna @unmagnetism.

“Awalnya gue mikir jasa sewa iphone itu udah paling nggak masuk akal, sekarang malah ada jasa screenshot via iphone dan ngetwit via iphone biar dikira hpnya iphone udah pada gila orang-orang,” tulisnya dalam cuitan pada Minggu (21/8).

Jasa semacam ini mungkin bisa menjadi solusi bagi orang-orang yang ingin dan butuh terlihat sebagai pengguna iPhone, tetapi dapat juga berbahaya. Apalagi jika sudah melibatkan pemberian data pribadi, misalnya mempersilahkan penjual untuk mengakses akun media sosial pribadi dengan memberikan e-mail beserta kata sandi untuk login.

Reporter: Dinda Khansa Berlian

[faz]


Artikel ini bersumber dari www.merdeka.com.

Tinggalkan Balasan