tribun-nasional.com – Fiyan Fikri (25) pemilik kedai kopi Sipah, Desa Talok, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang tampak sigap meracik minuman kopi susu, setelah driver ojek online datang hendak membeli kopi susu pesanan salah seorang warga setempat melalui jasa ojek online, Rabu (23/2/2023).
Begitu kopi susu yang dipesan siap, driver itu langsung pergi mengantarkan pesanan kopi susu tersebut.
Namun, jangan dibayangkan driver itu adalam mitra perusahaan ojek online pada umumnya. Ia adalah driver ojek online dari sebuah aplikasi bernama Talok Go.
Aplikasi yang berbasis android itu merupakan sebuah aplikasi pesan-antar yang dikembangkan oleh seorang pemuda bernama Evan Helga (32), warga Desa Talok, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang.
Kini, pengelolaan aplikasi itu dihibahkan kepada Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Talok.
Evan menceritakan, aplikasi Talok Go itu dibangun dengan tujuan untuk mewadahi ajang promosi hasil produksi Usaha Mikro Kecil Menengah ( UMKM ) warga Desa Talok, sekaligus membantu memproses transaksi mereka.
“Visi kami adalah dari warga Talok ke warga Talok. Jadi produk UMKM-nya milik warga Talok, dijual juga kepada warga Talok yang membutuhkan,” ungkap pembuat aplikasi Talok Go, Evan Helga saat ditemui, Rabu.
Selain pertanian, beberapa warga Talok juga memiliki usaha makanan ringan, hingga warung makan dan warung kopi.
Produksi pertanian yang geluti oleh warga Talok di antaranya sayur-sayuran, ubi, dan padi. Ssdangkan usaha makanan ringan di sana seperti keripik pisang, aneka kerupuk, makaroni, dan marning.
“Jadi misalnya salah satu warga butuh sayuran sawi, maka ia tinggal memesan ke warga yang bertani Sawi melalui aplikasi Talok Go. Nanti akan ada driver kami yang akan mengantar sampai ke rumah pemesan,” tuturnya.
UMKM yang Bergabung
Saat ini, UMKM yang bermitra dengan Talok Go sebanyak 70 UMKM, dengan jumlah driver sebanyak 64 orang, dan pengguna sebanyak 487 orang.
“Alhamdulillah, aplikasi ini sudah menang juara 1 Batch 3, Runner Up 1, dan Desa Favorit dalam ajang lomba BRI Desa Briliant tahun 2021, yang diikutkan melalui Pemerintah Desa Talok,” tuturnya.
Evan menceritakan, Ide untuk membuat aplikasi Go tersebut muncul dari keluhannya saat pemerintah memberlakukan pembatasan akibat Covid-19, pada tahun 2019 lalu.
“Saat itu pembatasan besar-besaran yang bernama PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), sehingga banyak UMKM mengeluhkan penurunan pendapatan,” ujarnya.
Dari hal itu, Evan yang mempunyai keahlian di bidang teknologi dan informasi termotivasi untuk membuat inovasi yang dapat membantu memudahkan UMKM bertransaksi dengan pelanggan, ditengah pemberlakuan PSBB.
“Tidak ada persyaratan apapun bagi UMKM yang akan menjadi mitra Talok Go. Tinggal bilang ke kami saja, nanti langsung dimasukkan,” ujarnya.
Sementara untuk driver yang mengantarkan pesanan pelanggan, Evan Helga memberdayakan pemuda setempat yang tergabung dalam organisasi desa, Karang Taruna.
“Pada masa pandemi kan juga banyak pemuda Karang Taruna Desa Talok yang mengalami perampingan dari tempat kerjanya. Sehingga kami tarik bergabung dengan Talok Go,” katanya.
Saat ini, aplikasi besutan Evan tersebut sudah direplikasi oleh beberapa desa di Indonesia, serta instansi Pemerintah di Tanzania.
“Di Tanzania aplikasinya diberi nama Appa Faster. Fungsinya sama dengan Talok Go. Hanya saja aplikasinya di sana saya bikin berbasis Android dan iOS, sesuai permintaan mereka,” pungkasnya.
Fiyan Fikri, pemilik kedai kopi Sipah pun mengaku cukup terbantu dengan adanya aplikasi Talok Go. Sebab, dengan adanya aplikasi tersebut, pelanggan yang ingin membeli kopi tidak harus datang ke kedainya.
“Otomatis penjualan kami pun ada peningkatan, sekitar 20 persen,” tuturnya.
Selanjutnya, ia berharap sosialisasi aplikasi itu lebih digalakkan lagi kepada masyarakat, agar penggunanya lebih banyak lagi.
Promosikan UMKM Anda dengan beriklan di jaringan Kompas Gramedia lewat . Konsultasikan strategi iklan bisnis Anda bersama tim sales sekarang.