Gejala Covid-19 Varian Kraken, Jangan Anggap Sepele Batuk Kering pada Malam Hari

Gejala Covid-19 Varian Kraken, Jangan Anggap Sepele Batuk Kering pada Malam Hari

tribun-nasional.com – Artinya, varian Kraken tak menyebabkan hospitalisasi atau tingkat yang dirawat di rumah sakit menjadi tinggi. Dilansir dari Standard, varian Kraken atau XBB 1.5 adalah varian mutasidari Omicron XBB yang ditemukan di Afrika Selatan pada 27 Desember 2022.

Varian XBB 1.5 dijuluki Kraken oleh para ahli karena sifatnya yang menimbulkan lonjakan kasus Omicron cukup masif di Amerika Serikat. Seperti diketahui, Covid-19 varian Kraken sudah terdeteksi di Singapura, Prancis, Inggris, Jerman, sampai India.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, varian tersebut telah ditemukan di 38 negara. Kraken memiliki sifat sangat menular. Di AS, misalnya, Kraken membuat jumlahpasien yang dirawat di rumah sakit melonjak 16,1 persen dalam beberapa waktuterakhir.

Ahli epidemiologi senior di Afrika Selatan, Maria van Kerkhove, mengatakan bahwa varian Kraken merupakan varian paling menular yang terdeteksi selama ini. Soalnya, XBB.1.5memiliki mutasi tambahan sehingga membuatnya lebih mudah dan lebih baik dalam mengikat ke sel lain.

Hal itu juga disampaikan oleh ahli virologi di Universitas Johns Hopkins, Andrew Pekosz. “Virus perlu mengikat erat sel agar lebih efisien untuk masuk dan itu dapat membantu virus menjadi sedikit lebih efisien dalam menginfeksi manusia,” ujar Pekosz.

Hingga kini, belum ada data resmi yang dirilis mengenai tanda-tanda infeksi awal dari varian baru tersebut.

Akan tetapi, kebanyakan dari gejala awalnya akan serupa dengan varian Omicron pada umumnya.

Beberapa gejala yang disebutkan menyertai Kraken , yakni pilek dan bersin, kelelahan yang disebabkan oleh tubuh yang mengeluarkan energi dalam jumlah besar saat melawan serangan virus, sakit kepala yang berdenyut, demam, batuk kering tanpa dahak yang meningkat pada malam hari, nyeri otot, dan lemas, serta sakit ternggorokan dan sulit menelan.

Kebanyakan, gejala – gejala tersebut awalnya kerap tak disadari sebagai gejala Covid-19 . Data yang ditemukan dalam Zoe Health Study, misalnya, menemukan bahwa 1 dari 3 orangpasien Covid-19 mengalami penurunan nafsu makan.

Berdasarkan catatan studi tersebut, gejala ini biasanya muncul pada fasefase awal Covid-19 . Pada orang usia 35 tahun ke atas, kehilangan nafsu makan biasanya akan berlangsung selama empat hari.

Sementara pada mereka yang berusia di bawah 35 tahun, gejala tersebut cenderung hanya bertahan dua hingga tiga hari dan membaik dalam sepekan.

Akan tetapi, gejala ini lebih umum dialami pasien Covid-19 lanjut usia (lansia). Studi juga menemukan beberapa gejala lain yang biasanya mengiringi penurunan nafsu makan.

Sebanyak 50 persen dari orang yang mengalami gejala kehilangan nafsu makan juga melaporkan gejala batuk yang intens.

Batuk biasanya bersifat kering tanpa adanya produksi dahak. Pada beberapa kasus, kehilangan nafsu makan cenderung menjadi gejala Covid-19 yang ringan. Sementarapada orang yang kehilangan nafsu makan disertai dengan kebingungan, diare, dan sesak napas biasanya termasuk infeksi cenderung parah.

Meski untuk sementara varian Kraken dinobatkan sebagai varian Corona paling menular, tetapi tingkat keparahan gejalanya disebutkan tidak sampai memicu gejala infeksi virus Corona SARS-CoV-2 parah, seperti Delta atau pendahulunya.

Laman ScienceFocus menyebutkan, risiko infeksi ini tetap bisa menimbulkan gejala berat, terutama pada beberapa golongan, yakni orang yang belum pernah terinfeksi Covid-19 ,belum diberi vaksin Covid-19 , atau memiliki daya tahan tubuh lemah seperti kalangan lansia, pengidap penyakit kronis, atau memiliki komorbid.***