tribun-nasional.com – Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kasus diabetes anak pada 2023 meningkat 70 kali lipat dibandingkan 2010. Dari jumlah tersebut, paling banyak dialami anak dengan rentang usia 10-14 tahun sebanyak 46,23 persen. Kemudian, 31,05 persen lainnya berusia 5-9 tahun, 19 persen berusia 0-4 tahun, dan 3 persen diderita anak usia lebih dari 14 tahun.
Dokter Spesialis anak Universitas Airlangga (Unair), dr. Nur Rochmah pun mengungkapkan bahwa diabetes anak dan dewasa memiliki perbedaan. Dia mengatakan, diabetes yang terjadi pada anak kebanyakan adalah diabetes tipe satu.
“Tipe satu ini beda dengan diabetes yang terjadi pada orang dewasa. Kalau dewasa ini kebanyakan diabetes tipe dua,” ucapnya.
Menurut Nur Rochmah, secara umum, diabetes pada anak dibagi menjadi tiga, yaitu diabetes tipe satu, diabetes tipe dua, dan diabetes monogenik. Ketiga jenis diabetes itu pun terjadi pada anak dengan rentan usia yang berbeda.
“Diabetes tipe satu terjadinya lebih awal dibanding diabetes tipe dua, sekitar usia 6 bulan sampai usia anak . Diabetes tipe dua anak sering dilaporkan terjadi pada usia anak atau remaja,” tuturnya.
“Sedangkan diabetes monogenik terjadinya bisa di usia yang lebih kecil lagi misal saat masih bayi,” ujar Nur Rochmah menambahkan.
Nur Rochmah menuturkan, ada beberapa tanda dan gejala yang harus diwaspadai terhadap kasus diabetes pada anak , salah satunya kencing yang berlebihan. Selanjutnya, adalah berat badan pada anak yang meningkat drastis dibanding sebelumnya.
“Kalau anak sudah ada tanda-tanda banyak kencing, semalam bisa mondar-mandir ke toilet lima kali atau lebih itu sudah harus hati-hati dan segera bawa ke dokter,” katanya.
“Mungkin anaknya selama pandemi berat badan naik banyak misal awal Covid 15 kilogram, lalu setelah pandemi jadi 30 kilogram. Kejadian seperti ini harus diwaspadai dan dibawa ke dokter untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya diabetes . Gemuk itu tidak lagi lucu tapi bisa berisiko diabetes ,” tutur Nur Rochmah menambahkan.
Nur Rochmah mengimbau masyarakat agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Dia mengingatkan bahwa diabetes tidak hanya terjadi pada orang dewasa namun anak memiliki risiko yang sama.
“Yang perlu diperhatikan bahwa selain orang dewasa, anak – anak itu bisa terkena diabetes , lho. Sering tidak disadari awalnya jadi datang ke pelayanan kesehatan kebanyakan dalam keadaan gawat sampai memerlukan perawatan di ICU,” ucapnya.
Oleh karena itu, peran orangtua sangat penting di sini, guna mengatur asupan nutrisi yang diberikan pada anak . Makanan manis pun menjadi hal yang paling disorot.
“Orangtua perlu mengatur asupan nutrisi yang masuk ke anak . Jangan terlalu banyak yang manis-manis. Dilihat juga apakah ada gejala mengarah diabetes atau tidak. Kalau ada, segera bawa ke dokter,” ujar Nur Rochmah, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari situs resmi Unair, Kamis, 9 Februari 2023.***