tribun-nasional.com – Penyakit jantung bawaan (PJB) atau congenital heart disease sering kali terlambat disadari. Padahal PJB berpotensi mengganggu aliran darah dari dan menuju jantung yang dapat mengancam jiwa.
PJB umumnya terjadi akibat kelainan di struktur dan fungsi jantung yang sudah ada sejak lahir. Kondisi tersebut juga bisa terjadi karena gangguan pada proses pembentukan dan perkembangan jantung janin.
Menurut ahli jantung dr. Radityo Prakoso dari Heartology Cardiovascular Center, 50 persen dari penderita penyakit jantung bawaan di Indonesia datang dengan keadaan yang sudah terlambat.
“Dari penemuan ada 80.000 bayi per tahunnya lahir dan mengalami penyakit jantung bawaan, sekitar 25 persen di antaranya membutuhkan penanganan serius pada usia pertamanya. Sementara itu 50 persen PJB di Indonesia datang terlambat karena mengabaikan tanda, pertimbangan biaya dan tidak meratanya sebaran fasilitas dan informasi tentang PJB, sehingga banyak kasus PJB yang tidak tertangani dengan baik,” kata dr Radityo dalam siaran pers yang diterima CNBC Indonesia, Selasa (28/2/2023).
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa gejala yang sering dijumpai adalah warna kulit (kaki, tangan, bibir) yang kebiruan, sesak napas, berat badan yang sulit naik, berkeringat, biru pada lidah saat bayi menangis, nadi berdetak cepat, infeksi batuk demam yang berulang dan kesulitan menyusui atau menyusui terputus-putus.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) itu juga mengatakan bahwa ada sejumlah kondisi pada ibu hamil bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung bawaan pada bayi, yaitu keluarga dengan riwayat penyakit jantung, terinfeksi virus seperti rubella, mengonsumsi obat-obatan tertentu selama hamil, mengonsumsi alkohol dan merokok saat hamil.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa 7.000 bayi di Indonesia meninggal dunia setiap tahunnya akibat kelainan jantung bawaan. Yang menyedihkan, bayi-bayi ini banyak yang tidak bisa diselamatkan karena Indonesia kekurangan dokter spesialis untuk operasi jantung.
“Bayangkan, kapasitas operasi kita cuma 5 ribuan, 7 ribuan bayi wafat setiap tahunnya karena kelainan jantung bawaan dan kita tidak punya dokter spesialis yang cukup untuk melakukan operasi jantung,” ungkap Budi dalam konferensi pers daring, Kamis (5/1/2023).
Budi mengatakan, sekitar 48 ribu anak-anak di Indonesia memiliki penyakit jantung bawaan setiap tahunnya. Lalu, 25 persen di antaranya atau sekitar 12.500 anak mengidap penyakit jantung bawaan kritis dan harus dioperasi.