Akses ke Air Bersih Kurangi Beban Perempuan dan Anak Perempuan di Kenya

Perempuan dan anak perempuan di Desa Olepolos di lereng Gunung Kilimanjaro, bernyanyi untuk mensyukuri adanya air.

Air adalah hak dasar yang dijamin bagi warga negara di bawah undang-undang Kenya. Akses ke air bersih, bagaimanapun tetap menjadi tantangan bagi masyarakat terpencil.

“Kami biasanya berjalan beberapa kilometer melintasi perbatasan untuk mengambil air di Tanzania. Terkadang kami dilecehkan oleh orang-orang di sana karena kami berada di negara asing. Kami disuruh mengumpulkan dan membawa kotoran keledai di shuka (pakaian tradisional) kami. Itu benar-benar pelecehan,” kata seorang warga Olepolos, Alice Pasaloi.

“Tingkat kemiskinan sangat tinggi karena ternak kami mati akibat kekurangan air. Mungkin ada rumput, tetapi tanpa air, ternak tidak bisa bertahan hidup,” tambah warga Olepolos lainnya, Nelson Tinayo.

Perempuan membawa jerigen mengantre untuk mendapatkan air di samping kamp darurat mereka, di pemukiman informal Mukuru Kwa Njenga, Kenya, 10 Maret 2022. (Foto: AFP)

Perempuan membawa jerigen mengantre untuk mendapatkan air di samping kamp darurat mereka, di pemukiman informal Mukuru Kwa Njenga, Kenya, 10 Maret 2022. (Foto: AFP)

Kekeringan yang berkepanjangan akibat perubahan iklim memperburuk masalah air di daerah kering dan semi-kering. Perempuan dan anak perempuan paling terpengaruh oleh situasi ini.

Water Is Life Kenya, badan amal yang berpusat di AS, membantu perempuan dan anak perempuan mendapat akses ke air bersih dengan mengebor sumur dan lubang-lubang tadah hujan, sehingga mengurangi jarak yang harus mereka tempuh untuk mengambil air.

“Menghabiskan sepanjang hari untuk mengambil air, menghambat banyak anak perempuan pergi ke sekolah. Kita mendapati banyak perempuan, sebagian besar perempuan dewasa dalam komunitas ini, tidak pernah bersekolah sama sekali. Jadi, kami benar-benar ingin membantu mereka bersekolah, supaya mereka mampu mengubah hidup mereka,” kata Wakil Pendiri Water Is Life Kenya, Joyce Tannian.

Warga mengatakan, proyek air itu telah membuat perbedaan besar.

“Sejujurnya, hidup kami benar-benar berubah menjadi lebih baik. Sekarang anak-anak kami bisa bersekolah,” ujar Pemimpin Komunitas Olepolos, Ipitek Ole Kisyoki.

“Sekarang rasanya seperti surga. Tidak ada masalah. Kami mengambil air, mencuci pakaian, dan anak-anak pergi ke sekolah setelah mandi bersih. Kami mempunyai lebih banyak waktu. Kami berada di tempat yang jauh lebih baik dan kami senang,” tambah warga lain, Margret Kalai.

Dengan 25 proyek air yang selesai di berbagai desa di Kabupaten Kajiado dan memberi manfaat kepada lebih dari 100.000 penduduk, salah satu pendiri Water Is Life Kenya, Joyce Tannian, mengatakan, pekerjaan itu bermanfaat.

Anak-anak penggembala mengisi wadah plastik dengan air dari titik air di gurun dekat Dertu, Kabupaten Wajir, Kenya, 24 Oktober 2021. (Foto: AP)

Anak-anak penggembala mengisi wadah plastik dengan air dari titik air di gurun dekat Dertu, Kabupaten Wajir, Kenya, 24 Oktober 2021. (Foto: AP)

“Penghalang utama itu bisa dihilangkan. Airnya ada di sana; sekarang orang bisa mengambilnya. Bagi saya itu adalah mimpi, dan, Anda tahu, itulah hal terbaik dalam hidup sebenarnya. Untuk mencapai hasilnya, orang-orang mengembangkan diri sendiri, itu adalah keajaiban,” katanya.

Kata-kata bijak bahwa “air adalah kehidupan” sangat bermakna bagi penduduk Olepolos. Ketika perempuan dan anak-anak perempuan desa bernyanyi dan bersuka cita, banyak orang di daerah gersang dan terpencil lainnya. [ps/ka]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan