tribun-nasional.com – Amerika Serikat (AS) mengecam kurangnya tindakan dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) terhadap peluncuran rudal terbaru oleh Korea Utara (Korut) beberapa waktu lalu. Washington menuduh, tanpa menyebut langsung, China dan Rusia telah ‘memaksa’ Dewan Keamanan PBB ‘untuk diam’.
Seperti dilansir AFP, Selasa (21/2/2023), Pyongyang meluncurkan rentetan rudal dalam uji coba yang dilakukan sepanjang tahun 2022, yang menempatkan situasi keamanan kawasan Asia Timur di ujung tanduk.
Pada Senin (20/2) waktu setempat, Korut meluncurkan dua rudal balistik selang 48 jam setelah menguji coba sebuah rudal balistik antarbenua (ICBM).
“Dalam menghadapi peluncuran yang belum pernah terjadi sebelumnya tahun lalu, dua anggota permanen memaksa kami untuk diam meskipun ada pelanggaran DPRK yang tidak terhitung jumlahnya,” sebut Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield merujuk pada veto yang diberikan China dan Rusia pada Mei tahun lalu.
Kedua negara anggota permanen Dewan Keamanan PBB itu diketahui menggunakan hak veto dalam voting resolusi yang mengatur sanksi terbaru bagi Korut. Sementara DPRK merupakan kependekan dari Republik Demokratik Rakyat Korea, nama resmi dari Korut.
“Dalam masalah vital ini, diam mengarah pada ketidakrelevanan,” sebut Thomas-Greenfield dalam rapat darurat Dewan Keamanan PBB pada Senin (20/2).
Lebih lanjut, Thomas-Greenfield memperingatkan bahwa ‘kurangnya tindakan lebih buruk daripada memalukan’.
“Itu berbahaya,” tegasnya. “Kegagalan berulang untuk menanggapi, semakin membuat DPRK berani (melakukan peluncuran tanpa mengkhawatirkan konsekuensinya),” ujar Thomas-Greenfield.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Tonton juga Video: Korut Pamerkan Rudal Antarbenua di Parade Militer
Utusan AS itu tidak menuduh Dewan Keamanan PBB secara keseluruhan, namun menyalahkan China dan Rusia, meskipun dia tidak menyebut nama kedua negara itu secara terang-terangan.
“Kenyataannya adalah bahwa mereka yang melindungi DPRk dari konsekuensi uji coba rudal yang memicu eskalasi, telah menempatkan kawasan Asia dan seluruh dunia dalam risiko konflik,” cetus Thomas-Greenfield dalam pernyataannya.
Selain AS, beberapa negara anggota lainnya, seperti Jepang dan Prancis, juga mengecam provokasi Korut. “Jika kita tetap diam karena takut akan provokasi lebih lanjut, itu hanya akan mendorong para pelanggar aturan untuk menulis buku panduan sesuka mereka,” sebut Duta Besar Jepang Ishikane Kimihiro.
“Kita harus menghadapi fakta: eskalasi saat ini berbahaya,” ucap Duta Besar Prancis Nicolas de Riviere.
Dalam tanggapannya, Rusia balik menyalahkan latihan gabungan AS dan Korea Selatan (Korsel) sebagai pemicu eskalasi di Semenanjung Korea. “Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya memiliki tanggung jawab khusus dalam situasi ini,” tuding Wakil Duta Besar Rusia Dmitry Polyanskiy.