Biden Umumkan Sejumlah Langkah Sederhana untuk Perangi Perubahan Iklim

Presiden Amerika Serikat Joe Biden, pada Rabu (20/7), mengumumkan sejumlah langkah baru yang sederhana untuk memerangi perubahan iklim dan menjanjikan langkah-langkah lain yang lebih kuat. Ia mengatakan, “ini adalah keadaan darurat dan saya akan memandangnya demikian.”

Meski demikian, Biden tidak mengumumkan status darurat iklim resmi, seperti yang diharapkan Partai Demokrat dan kelompok-kelompok peduli lingkungan, setelah seorang senator Demokrat dengan suara yang menentukan justru menggugurkan harapan untuk menggolkan sebuah rancangan undang-undang guna menanggulangi perubahan iklim secara menyeluruh. Biden sendiri mengisyaratkan bahwa pengumuman itu bisa terjadi.

“Jelasnya,” kata Biden, “perubahan iklim adalah keadaan darurat, dan dalam beberapa minggu ke depan saya akan menggunakan kekuasaan saya sebagai presiden untuk mengubah kata-kata ini menjadi langkah resmi pemerintah, melalui pernyataan, perintah eksekutif dan kekuasaan pengaturan yang sesuai, yang dimiliki seorang presiden.”

Biden menyampaikan janjinya di lokasi bekas pembangkit listrik tenaga batu bara di negara bagian Massachusetts. Bekas pembangkit listrik Brayton Point di kota Somerset itu beralih menjadi pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai, di mana Biden memilihnya sebagai perwujudan simbolik transisi ke energi bersih yang ia upayakan namun sulit diwujudkan dalam 18 bulan pertama masa pemerintahannya.

Langkah eksekutif yang diumumkan itu akan meningkatkan industri pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai di Teluk Meksiko dan sisi tenggara Amerika Serikat. Langkah itu juga akan memperluas upaya untuk membantu masyarakat menghadapi kenaikan suhu melalui berbagai program yang dikelola Badan Manajemen Kedaruratan Federal, Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat AS, serta lembaga lainnya.

Kunjungan Biden ke lokasi itu dilakukan ketika suhu sangat panas yang bersejarah ‘memanggang’ Eropa dan AS. Suhu udara mencapai 46 derajat Celcius di Portugal selagi kebakaran hutan melanda Spanyol dan Prancis.

Sementara Inggris, pada Selasa (29/7), mencatatkan rekor suhu tertinggi yang pernah terekam. Setidaknya 60 juta warga Amerika dapat menjalani hari dengan temperatur tinggi selama beberapa hari ke depan ketika kota-kota di seluruh Amerika menghadapi gelombang panas yang lebih parah dan lama, yang disebut para ilmuwan disebabkan oleh pemanasan global. [rd/em]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan