tribun-nasional.com – Pendiri kelompok tentara bayaran Wagner Group Yevgeny Prigozhin pada Selasa menuduh menteri pertahanan dan kepala angkatan bersenjata Rusia mencegah tentara-tentara bayaran itu mendapatkan amunisi dan berusaha menghancurkan Wagner Group.
Prigozhinmengatakan bahwa tindakan itu dianggapnya sebagai suatu pengkhianatan.
Prigozhin, yang pernah menjadi pengusaha katering yang semula menghindari sorotan dari masyarakat itu, menjadi lebih buka-bukaan sejak perang di Ukraina dimulai setahun yang lalu.
Wagner Group kepunyaannya menjadi tulang punggung Rusia dalam pertempuran memperebutkan kota Bakhmut di wilayah Donetsk di Ukraina yang sudah berlangsung berbulan-bulan.
Dalam pesan suara yang diunggah ke kanal Telegram miliknya, Prigozhin menuding kedua pejabat penting Rusia itu jelas-jelas melakukan pembangkangan.
“Ini bisa digolongkan sebagai pengkhianatan tingkat tinggi,” kataPrigozhin.
Ini adalah pesan kedua yang disampaikan Prigozhin dalam dua hari terakhir.
Sehari sebelumnya pada Senin, Prigozhin menuduh para pejabat Rusia, yang tidak disebutkan namanya, menolak memberikan pasokan amunisi kepada pasukan tentara bayarannya karena secara pribadi pejabat-pejabat itu memusuhi dia.
Tampak marah yang kadang-kadang diutarakan dalam nada tinggi, Prigozhin menuding Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dan Panglima Angkatan Bersenjata Rusia Valery Gerasimov sengaja membuat pasukan tentara bayaran WagnerGroup kehabisan pasokan senjata sehingga jumlah korban pada pasukan Wagner yang bertempur di sekitar Bakhmut menjadi semakin besar.
“Kepala staf gabungan dan menteri pertahanan mengeluarkan perintah kanan dan kiri agar bukan hanya tidak memberikan amunisi kepada Wagner PMC, tetapi juga agar tidak membantunya dengan transportasi udara,” kata Prigozhin.
Berbulan-bulan lamanya Prigozhin mengkritik para panglima militer senior Rusiayang disebutnya tidak kompeten.
Prigozhin mengatakan bahwa kementerian pertahanan berusaha mendapatkan pujian di atas keberhasilan Wagner di sekitar kota Bakhmut di daerah Donetsk.
Sumber: Reuters