Cara Unik Atasi Ledakan Populasi Camar di Australia

Burung camar ternyata tidak hanya dikenal sebagai pemakan keripik yang rakus di kawasan pantai Great Barrier Reef, terumbu karang terbesar di dunia yang berada di Australia. Burung ini ternyata merupakan ancaman utama bagi satwa-satwa liar asli di sana.

Damon Shearer, penjaga Taman Nasional Queensland, prihatin dengan masalah ini.

“Ini adalah sesuatu yang terjadi di seluruh pantai timur Australia, sepertinya jumlah burung camar telah meningkat secara substansial. Sekarang kami pikir burung camar adalah pemangsa alami,” katanya.

Terumbu karang di Great Barrier Reef, di lepas pantai negara bagian Queensland, Australia. (Foto: AFP)

Terumbu karang di Great Barrier Reef, di lepas pantai negara bagian Queensland, Australia. (Foto: AFP)

Di Pulau Heron di lepas pantai Gladstone, burung camar memangsa tukik-tukik (anak penyu) dan anak-anak burung yang merupakan spesies asli di sana. Padahal, penyu-penyu seperti Chelonia mydas dan Caretta caretta selama ini sudah kesulitan bertahan hidup karena perubahan iklim.

Pemandu wisata, Andres Cervino, menuding perilaku turis yang tidak bertanggung jawab sebagai penyebabnya.

“Burung camar seharusnya tidak berada di sini dalam jumlah yang begitu besar. Tetapi orang-orang memberi mereka makan, mereka bersarang di pulau ini, mereka memakan makanan para turis,” ujarnya.

Shearer dan para sejawatya di Taman Nasional Queensland menemukan cara cerdik untuk mengekang populasi burung camar. Cervino menceritakan apa yang dilakukan para penjaga taman itu untuk mengekang tingkat reproduksinya.

“Apa yang mereka lakukan adalah mengambil telur burung camar dan menggantinya dengan biji pandan. Pernahkah Anda melihat biji pandan? Biji pandan terlihat seperti telur. Burung-burung camar itu terus mengerami biji pandan selama berbulan-bulan,” kata Shearer.

Tidak hanya itu, para turis di sini di Pulau Heron didorong untuk melindungi tukik dengan menakut-nakuti burung camar. Mereka juga diminta tidak membagi-bagikan keripik atau makanan lain ke burung camar.

Hope dan Nas, turis di sana, mengaku baru tahu bahwa mereka dan banyak turis lainnya menjadi penyebab meledaknya populasi burung camar.

“Kami membenci burung camar sekarang, hahaha. Saya tidak pernah menduganya sama sekali. Burung camar ada di sini karena manusia ada di sini,” tutur Nas.

Nas berharap, dengan mengurangi populasi burung camar, tukik berpeluang besar hidup dan berenang menuju laut lepas. [ab/uh]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan