Cerita Pemilik Restoran di Turki Buka Restorannya untuk Korban Gempa: Islam yang Mengajarkan Kita

Cerita Pemilik Restoran di Turki Buka Restorannya untuk Korban Gempa: Islam yang Mengajarkan Kita

tribun-nasional.com – Seorang pemilik restoran kebab di provinsi Adana, Turki selatan, membuka restorannya untuk para korban gempa . Pria bernama Salih Ora itu membuka tiga restorannya untuk para penyintas.

“Setelah gempa pertama, kami pikir tempat teraman untuk dikunjungi adalah restoran ,” ucapnya, Rabu, 8 Februari 2023.

“Saat itu hujan. Kami melihat orang-orang menunggu di mobil mereka, duduk di trotoar, atau hanya berputar-putar tanpa tempat untuk pergi,” tuturnya.

“Sejak saat itu, saya segera membuka pintu restoran , dan telah menyediakan makanan, sup, serta teh gratis,” kata Salih Ora menambahkan.

Selama 48 jam terakhir, orang-orang yang rumahnya rusak atau hancur total akibat gempa , telah berlindung di restorannya. Dia juga mengirim makanan ke kota-kota terdekat yang terkena dampak gempa , termasuk Kahramanmaras dan Hatay.

Seorang ibu rumah tangga, Leyla Arslan (65) telah berlindung di restoran Salih Oral sejak gempa pertama melanda pada Senin, 6 Februari 2023 dini hari. Sejak itu, dia dan suaminya telah tinggal di salah satu restoran Salih Oral.

“Saya sangat panik hingga hampir melompat dari balkon saat gempa ,” ujarnya.

“Saya dan suami meringkuk di bawah pintu depan sampai getaran berhenti,” ucap Leyla Arslan menambahkan.

Korban gempa lainnya, Didem Incekuran (24) juga telah tinggal di restoran tersebut sejak Senin, 6 Februari 2023.

“Saya tahu saya seharusnya menemukan tempat yang aman di rumah selama gempa , tetapi saya panik, (sehingga) kami lari ke bawah,” katanya.

Salih Oral bukan satu-satunya yang membantu para korban gempa . Banyak kafe dan restoran lain di Adana telah membuka pintu mereka sepanjang waktu untuk menyediakan tempat berlindung bagi penduduk setempat yang kehilangan rumah mereka.

“Kami belum mau pulang. Kami merasa aman di sini,” kata Incekuran, menyuarakan rasa terima kasihnya atas kebaikan Salih Oral.

“Sudah waktunya untuk bersatu,” kata Salih Oral menanggapi.

“Dalam agama kita, Islam, adalah wajib untuk membantu mereka yang membutuhkan,” tuturnya menambahkan, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Anadolu Agency, Kamis, 9 Februari 2023.

Turki dan Suriah diguncang gempa dengan magnitudo 7,8 pada Senin, 6 Februari 2023 lalu. Proses evakuasi korban yang tertimpa gedung masih dilakukan hingga saat ini, oleh tim penyelamat dari berbagai penjuru dunia.

Melansir Reuters, per Kamis, 9 Februari 2023 jumlah korban meninggal di Turki dan Suriah akibat gempa mencapai lebih dari 12.000 jiwa, yang terdiri dari 9.057 orang Turki dan 2.950 orang Suriah. Proses evakuasi berjalan lama lantaran kurangnya alat berat, hingga cuaca ekstrem.

Kepedihan masih dirasakan oleh para korban lantaran anggota keluarga mereka masih tertimbun reruntuhan dan menunggu dievakuasi. Sementara itu, orang-orang yang berhasil selamat mulai mencari tempat berlindung.

Tim penyelamat di Turki masih menemukan sejumlah korban yang masih hidup. Namun warga setempat mengeluhkan kurangnya peralatan untuk membongkar puing-puing bangunan, kondisi itu diperparah dengan rintihan suara korban yang tertimbun.

“Di mana negara? Ke mana mereka selama dua hari? Kami memohon kepada mereka. Mari kita lakukan, kita bisa mengeluarkan mereka,” kata Sabiha Alinak, seorang warga Turki .

Hal serupa juga dirasakan oleh warga Suriah yang sama-sama merasakan gempa kencang. Duta Besar Suriah untuk PBB menyebut pemerintah kekurangan tim penyelamat dan alat untuk melakukan evakuasi.

Korban meninggal di dua negara ini dipastikan akan terus bertambah hingga proses evakuasi usai sepenuhnya. Apalagi gempa terjadi saat orang-orang masih terlelap dan tak sempat menyelamatkan diri.

Warga di Ankara mengeluhkan bahwa kondisi tak ada makanan hingga tempat berlindung bisa membuat mereka ikut mati. Banyak orang di zona bencana memilih tidur di mobil karena persediaan selimut juga sangat terbatas.

Dalam tragedi ini, anak dan lansia menjadi kaum rentan yang terjebak di reruntuhan. Sejumlah video dan foto yang beredar di media sosial memperlihatkan upaya penyelamatan terhadap anak dan lansia.***