tribun-nasional.com – Namun, Asosiasi Komunikolog Indonesia tetap meminta Jokowi untuk lebih lantang dalam menyampaikan pernyataannya agar pemimpin dunia dapat mempercepat bantuan untuk korban gempa di Turki , dan Suriah .
“Tinggal kita memohon agar nada pernyataan beliau ditambah lagi. Ini adalah momentum dunia terpenting saat ini. Sebagai tokoh yang sukses untuk presidensi G-20 dan ASEAN , maka Bapak Jokowi tinggal bersuara lebih kencang dan lebih banyak, yakinlah para pemimpin dunia akan mendengarnya,” kata Effendi, dikutip pada Sabtu, 11 Februari 2023.
“Juga sebutannya mungkin lebih pas ‘ gempa Suriah – Turki ‘ berdasarkan urutan abjad,” ujarnya melanjutkan.
Hal serupa juga dikatakan oleh komunikolog Universitas Airlangga, Suko Widodo yang menyebut bahwa suara Indonesia pasti diperhatikan oleh dunia. Menurut Suko, di atas politik masih ada kemanusian. Keterangan tersebut ia kutip dari pernyataan Gus Dur.
“Jadi suara Indonesia pasti akan didengar oleh dunia. Ini momentum yang membutuhkan teriakan dari pemimpin Indonesia!” ucapnya.
Permohonan kepada Jokowi itu juga disampaikan oleh Komunikolog dari Universitas Pelita Harapan, yaitu, Emrus Sihombing. Ia menilai bahwa kita harus melihat sesuatu secara utuh, dan berimbang. Oleh karenanya, bantuan yang diberikan pun harus merata untuk Turki , dan Suriah .
“Atas nama kemanusiaan, kita harus mengesampingkan dulu embargo atas dasar pertimbangan politik. Suara Pak Jokowi pasti akan didengar,” tuturnya.
Menurut penilaian komunikolog Universitas Hasanuddin, Hasrullah, masyarakat di Suriah kurang cepat mendapatkan bantuan. Hal itu juga disebut tak terlepas dari pengaruh kondisi politik soal embargo.
“Jadi kita boleh menyebutnya gempa Suriah – Turki . Saya rasa saat ini Suriah relatif kurang cepat mendapat bantuan karena kondisi politik soal embargo. Intinya doa dan bantuan perlu merata ke seluruh korban gempa tersebut,” katanya.
Tak hanya mengenai bantuan, anggota asosiasi komunikolog lainnya, Iwel Sastra juga memperhatikan soal ketidakseimbangan pemberitaan antara gempa Turki , dan Suriah . Menurutnya, gempa yang juga terjadi di Suriah itu tidak banyak ditampilkan dalam pemberitaan di media internasional.
“Bisa jadi karena kondisi politik, atau akses ke sana yang belum terbuka seperti Turki . Karena itu amat dibutuhkan suara para pemimpin dunia agar perhatian menjadi sama, dan akses juga dibuka. Presiden Jokowi bisa melakukan itu, baik melalui teriakan maupun melalui jaringan diplomatiknya,” ujarnya.***