Kapal Perang AS Tiba di Lithuania di Tengah Konflik Ukraina

USS Kearsarge, kapal perang amfibi Pasukan Ekspedisi Marinir ke-22 AS, tiba di Klaipeda, Lithuania, pada Senin (22/8). Angkatan Laut mengatakan kedatangan itu merupakan kunjungan yang sudah diagendakan ke pelabuhan itu.

Duta Besar AS untuk Lithuania, Robert S. Gilchrist, mengatakan kehadiran kapal perang itu merupakan “wujud ketangguhan dan jangkauan militer dan kekuatan mematikan militer AS.”

“Ini adalah komitmen kuat kami terhadap pertahanan di kawasan ini dan menunjukkan fakta bahwa AS mendukung Lithuania,” ujarnya.

Komandan USS Kearsarge, Kapten Thomas F. Foster, mengatakan bahwa kunjungan ini menunjukkan ikatan kuat antara kedua negara.

“Setiap negara Baltik memiliki sesuatu yang kuat untuk dikontribusikan. Dan ketika mereka melakukannya, kekuatan gabungan kami tak tertandingi,” kata Foster.

USS Kearsarge, kapal perang amfibi Pasukan Ekspedisi Marinir ke-22 AS berlabuh di pelabuhan Klaipeda, Lithuania Senin (22/8).

USS Kearsarge, kapal perang amfibi Pasukan Ekspedisi Marinir ke-22 AS berlabuh di pelabuhan Klaipeda, Lithuania Senin (22/8).

Lithuania adalah satu dari tiga negara Baltik, yang di kalangan sekutu-sekutu NATO, sangat khawatir Rusia akan memaksa mereka kembali ke kekuasaan Moskow.

Sementara itu di Ukraina, Presiden Volodymyr Zelenskyy memperingatkan akan kemungkinan aksi Rusia ketika Ukraina bersiap-siap memperingati hari kemerdekaannya pada Rabu (24/8).

Zelenskyy mengatakan dalam pidato hariannya Minggu (21/8) bahwa ia telah berbicara dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengenai “semua ancaman” Rusia, dan bahwa pesan-pesan serupa telah disampaikan ke Sekjen PBB Antonio Guterres dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

“Mereka paham apa yang dilakukan oleh penjajah dan ancamannya. Dan mereka paham bahwa Ukraina tidak akan menolerirnya. Ukraina tidak akan menolerir penyiksaan terhadap orang-orang yang merupakan pahlawan tanah air; mereka membela kemerdekaan rakyat dari penjajah di tanah air mereka,” ujar Zelenskyy.

Pemimpin Ukraina itu menyebutkan sebuah aksi yang mungkin akan dilakukan Rusia adalah mengadili sekelompok tentara Ukraina yang ditangkap dalam pengepungan di kota Mariupol, Ukraina.

“Apabila persidangan yang tercela ini dilakukan, apabila warga kami diseret ke persidangan dengan melanggar semua perjanjian, semua peraturan internasional, apabila ada penyelewengan… Ini akan menjadi batas di mana negosiasi apapun tidak mungkin dilakukan,” imbuhnya.

Peringatan 31 tahun kemerdekaan Ukraina dari Soviet pada Rabu (24/8) bertepatan dengan invasi Rusia ke Ukraina enam bulan lalu.

Perang antar kedua negara tetangga itu bergejolak sejak invasi Rusia pada 24 Februari. Perang itu telah menewaskan pejuang di kedua sisi dan banyak warga sipil Ukraina. Konflik itu juga memaksa jutaan warga Ukraina mengungsi ke bagian barat negara itu, jauh dari medan tempur di Ukraina timur, atau ke negara-negara tetangga. [vm/ka]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan