tribun-nasional.com – Pada saat pemimpin Kosovo dan Serbia bertemu pada Senin untuk membicarakan perjanjian perdamaian, Ermira Murati, seorang seniman muda asal Pristina, ibukota Kosovo justru mendapat ancaman gara-gara lukisan yang menggambarkan kedua pemimpin itu berciuman.
Lukisan karya Murati setinggi tiga meter itu, memperlihatkan Perdana Menteri Kosovo Albin Kurti dan Presiden Serbia Aleksandar Vucic berpelukan, saling berciuman bibir dengan mata tertutup, berjas hitam dengan latar warna oranye.
“Saya melihat hubungan mereka ibarat pertunjukan panggung… dan baik rakyat Kosovo maupun Serbia, juga sedang menyaksikan adegan yang sama,” kata Murati yang juga dikenal dengan julukan Orange Girl.
“Terlepas dari hubungan yang kacau antara Kosovo dan Serbia, saya kira cinta kami terhadap perdamaian jauh lebih penting dari apa pun.”
Kurti dan Vucic dijadwalkan bertemu di Brussels pada Senin malam, dimana mereka diperkirakan akan mendapatkan dukungan Barat untuk memulihkan hubungan dan mengakhiri permusuhan berpuluh tahun.
Jika mereka gagal mencapai kesepakatan, mereka akan menghadapi pengucilan internasional dan tidak mendapat sokongan dana dari Uni Eropa dan Amerika Serikat.
“Sejarah mencatat ciuman dari saat-saat menyakitkan dan perpisahan. Tapi sejarah juga mengingatkan kita mengenai ciuman persaudaraan dan bahkan pengkhianatan. Apakah ini salah satu dari mereka,” tulis Murati di media sosial saat meluncurkan lukisannya itu pada 17 Februari lalu.
Waktu peluncuran tersebut bertepatan dengan 17 tahun perayaan kemerdekaan Kosovo dari Serbia.
Serta merta, ribuan komentar pun bermunculan mengenai lukisan Murati tersebut, sebagian besar berisi ucapan kebencian dan bahkan ancaman.
“Anda layak ditembak,” demikian salah satu komentar tersebut.
Murati yang lahir setahun setelah perang berakhir pada 1999, memang dikenal karena kegemarannya melanggar tabu melalui karyanya.
Ia juga pernah mendapat ancaman tahun lalu ketika menciptakan lukisan yang sama, memperlihatkan dua pria mengenakan kostum tradisional Albania saling berciuman, sebagai bentuk dukungan terhadap komunitas gay di Kosovo.
Kosovo dikenal sebagai komunitas konservatif yang sangat ketat dan belum bisa menerima kaum gay.
Murati mengakui bahwa lukisannya memang sarat dengan pesan politik dan dia sudah terbiasa mendapatkan ancaman, dan bahkan karya-karya sering mendapatkan reaksi negatif.
“Ancaman itu tidak akan menghentikan saya. Pada saat mereka bereaksi, maka pada saat itu pun saya memahami bahwa pesan itu sudah sampai pada tujuannya. Menimbulkan perdebatan.”
Kosovo menyatakan kemerdekaan dari Serbia pada 2008, tapi Beograd tidak pernah mengakui negara tersebut dan masih menganggap sebagai bagian dari wilayah mereka.
Sumber: Reuters