Dihantam 10 Putaran Sanksi, Apa Kabar Perdagangan Rusia-UE?

Dihantam 10 Putaran Sanksi, Apa Kabar Perdagangan Rusia-UE?

tribun-nasional.com – Keputusan Presiden Vladimir Putin untuk meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina secara drastis mengubah komposisi arus perdagangan antara Rusia dan Uni Eropa (UE).

Sebanyak 10 putaran sanksi UE yang dijatuhkan kepada Moskow sebagai pembalasan atas agresi di Ukraina telah menyebabkan jatuhnya sebagian besar impor dan ekspor. Tak heran jika hubungan komersial yang dulunya erat dan stabil kini lumpuh.

Rusia pun kemudian menemukan pasar alternatif untuk menggantikan blok kaya tersebut, salah satunya China dan India. Padahal sebelumnya Rusia adalah mitra dagang terbesar kelima blok itu, tepat di belakang China, Amerika Serikat, Inggris, dan Swiss.

Sejak Februari 2022, UE telah melarang lebih dari 43,9 miliar euro (Rp 711,8 triliun) barang ekspor ke Rusia dan 91,2 miliar euro (Rp 1.478 triliun) barang impor, menurut angka terbaru yang diberikan oleh Komisi Eropa yang dikutip Euronews, Selasa (28/2/2023).

Ini berarti 49% ekspor dan 58% impor sekarang berada di bawah sanksi, dibandingkan dengan tingkat sebelum perang pada 2021 ketika total perdagangan UE-Rusia bernilai 257,5 miliar euro (Rp 4.175 triliun).

UE telah membatasi ekspor ke berbagai produk industri dan teknologi yang dianggap Brussel telah digunakan oleh tentara Rusia untuk mengobarkan perang di Ukraina atau memiliki potensi untuk melakukannya.

Ini termasuk radar, drone, peralatan kamuflase, kamera, lensa, sistem radio, derek, antena, truk, dan bahan kimia yang ditemukan dalam pembuatan senjata.

Selain itu, UE telah melarang ekspor berharga yang penting untuk memodernisasi ekonomi Rusia, seperti semikonduktor, komputasi kuantum, teknologi penyulingan minyak, komponen pesawat terbang, dan uang kertas dari salah satu mata uang resmi blok tersebut.

Brussel juga telah memberlakukan “larangan barang mewah” pada barang-barang buatan UE yang dicari oleh elit Rusia, seperti mutiara, perhiasan, tas tangan, dompet, dompet, rambut palsu, parfum, barang antik, porselen, anggur, sampanye, dan cerutu yang melebihi label harga 300 euro (Rp 4,8 juta).

Sementara itu, produk UE seperti obat-obatan, sabun, kopi, kakao, teh, mainan, pohon, tanaman dan cairan pewarna, serta pakaian dan aksesori fesyen di bawah 300 euro, semuanya tetap diizinkan untuk diekspor.

Faktanya, merek pakaian Eropa seperti Boggi, Benetton, Calzedonia, Etam, dan Lacoste termasuk di antara perusahaan yang masih berbisnis di Rusia.

Di sisi impor, nilai ekonomi di bawah sanksi bahkan lebih tinggi: 91,2 miliar euro barang Rusia sekarang dilarang di seluruh blok, seperti batu bara, emas, besi, baja, mesin, semen, kayu, plastik, tekstil, alas kaki, kulit dan kendaraan, antara lain.

Dua produk paling ikonik dan didambakan Rusia, yakni vodka dan kaviar, sama-sama dilarang memasuki pasar UE.

UE juga melarang atas impor minyak mentah Rusia dan produk minyak sulingan, yang secara langsung menargetkan sumber pendapatan utama Moskow. Ini secara luas diidentifikasi sebagai sanksi blok yang paling berani dan berjangkauan jauh hingga sekarang.

Meskipun larangan tersebut menampilkan pengecualian yang dibuat khusus untuk impor pipa, larangan tersebut berhasil secara bertahap menghapus sekitar 90% pembelian minyak Rusia oleh UE, yang diperkirakan bernilai 71 miliar euro pada tahun 2021.

Larangan UE semakin diperkuat dengan batasan harga G7, yang secara artifisial menetapkan harga di mana kapal tanker Rusia diizinkan menggunakan perusahaan Barat untuk mengirimkan barel minyak ke seluruh dunia.

Pusat Penelitian Energi dan Kebersihan (CREA), sebuah organisasi penelitian independen yang berbasis di Helsinki, memperkirakan larangan UE dan pembatasan G7 merugikan Rusia hingga 280 juta euro per hari, meskipun Moskow mendorong kuat untuk mengalihkan potongan harga barel ke China, India dan pembeli non-Barat lainnya.

Sebaliknya, gas alam, bahan bakar nuklir, dan berlian adalah beberapa ekspor Rusia yang paling menonjol yang belum tersentuh oleh penalti.