Dokter Spesialis Paru: Gas Air Mata Bisa Sebabkan Kekurangan Oksigen

tribun-nasional.com – Dokter spesialis paru di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Erlina Burhan mengatakan, paparan gas air mata dapat menimbulkan asfiksia atau kekurangan oksigen dalam kondisi tertentu.

“Bila segera diatasi dengan pemberian oksigen, biasanya bisa tertolong,” kata Erlina kepada Kompas.com, Jumat (14/10/2022).

Ia menjelaskan, umumnya paparan gas air mata akan berpengaruh terhadap saluran napas, yang dapat menimbulkan iritasi dengan konsekuensi batuk dan sesak napas.

Salah satu pengurus Ikatan Dokter Indonesia ( IDI ) itu juga menyatakan bahwa paparan gas air mata juga memiliki dampak bervariasi, mulai dari ringan hingga cukup berat.

Ringan atau beratnya dampak yang ditimbulkan tergantung dari beberapa hal. Mulai dari jenis ruangan apakah dalam kondisi terbuka atau tertutup, lamanya paparan, konsentrasi zat kimia yang terhirup, hingga kondisi kerentanan seseorang.

Dalam hal ini, penderita asma, penderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau peradangan paru yang terjadi dalam kondisi panjang, maupun penderita alergi, akan lebih rentan terhadap paparan gas air mata.

“(Toleransi seseorang terhadap paparan gas air mata) tergantung lamanya, konsentrasinya, dan kerentanan seseorang. Tergantung jumlah keramaian dan sempit atau luasnya ruangan,” ucap Erlina.

Bila dampaknya relatif ringan, kata Erlina, biasanya efek gas air mata bisa cepat sembuh. Namun bila terjadi dampak berat, memang perlu perawatan di rumah sakit.

Konsekuensi gas air mata yang sudah kedaluwarsa juga tergantung pada perubahan yang terjadi pada zat kimia yang kedaluwarsa tersebut.

“Bila terjadi komplikasi yang berat, bisa meninggal walaupun sangat jarang. Jadi bisa menimbulkan kematian namun jarang karena banyak faktor yang mempengaruhi,” jelas Erlina.

Sebelumnya, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan bila ratusan aremania yang meninggal dunia dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan , Malang, Jawa Timur, bukan meninggal karena gas air mata, melainkan kekurangan oksigen.

Menurut Dedi, hal itu berdasarkan penjelasan dair ahli kedokteran yang menyebut gas air mata tidak menyebabkan kematian.

“Dari penjelasan para ahli dan dokter spesialis yang menangani para korban, baik korban yang meninggal dunia maupun korban yang luka, dari dokter spesialis penyakita dalam, penyakit paru, penyakit THT, dan juga spesialis penyakit mata, tidak satu pun yang menyebutkan bahwa penyebab kematian adalah gas air mata tapi penyebab kematian adalah kekurangan oksigen,” kata dia, Senin (10/10/2022).

Tinggalkan Balasan