Pussenkav Kodiklat: Satuan Kavaleri TNI AD butuh modernisasi senjata

tribun-nasional.com – Direktur Pembinaan Kesenjataan Pusat Kesenjataan Kavaleri (Pussenkav) Kodiklat TNI Angkatan Darat Brigjen TNI Agus Erwan menuturkan Satuan Kavaleri TNI AD membutuhkan modernisasi senjata dan transformasi organisasi.”Karena operasi satuan kavaleri hanya bisa efektif dalam sebuah operasi gabungan,” kata Agus dalam webinar “Tantangan Kavaleri dalam Perang Modern” yang diadakan Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS) secara daring, Rabu.Menurut dia, relevansi satuan kavaleri ditentukan oleh kemampuannya beradaptasi dengan teknologi modern.”Pada dasarnya kavaleri memiliki fungsi penggempur di darat yang sifatnya ofensif dengan daya tembak, daya gerak, dan daya kejut,” tuturnya.

Dalam taktik pertempuran kavaleri, lanjut Agus, berkaca dari berbagai perang yang ada belakangan ini seperti di Ukrainaharus bisa bekerja sama dengan satuan lain membentuk persenjataan gabungan (“combined arms”), misalnyadengan satuan penerbang TNI AD dan infanteri mekanis. Saat ini Satuan Kavaleri di berbagai Kodam dan Divisi 3 Kostrad masih dikembangkan.

Dia berpendapat perlu ada perencanaan dan anggaran yang memadai dari Kementerian Pertahanan. Secara taktis, ke depan perlindungan udara yang bisa menopang operasi satuan kavaleri adalah “Short Range Air Defence”, “Active Protective System”, dan pesawat nirawak baik untuk pengintaian, pembawa misil, maupun untuk misi bunuh diri.Wakil Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Brigjen Rano Tilaar mengatakanmodernisasi satuan kavaleri yang paling mendasar dengan mengkombinasikan teknologi antara unsur serangan darat,udara,daya gerak, dan daya kejut.”Perang modern menunjukkan kalau kerawanan kavaleri ada di udara,” ujarnya.

Rano mengatakanbanyak peranan satuan kavaleri dalam operasi-operasi TNI, seperti dalam operasi lawan insurjensi di Papua.Apalagi, katanya, saat ini banyak satuan infanteri mekanis yang sudah dilengkapi dengan panser. Efeknya, kavaleri sangat efektif untuk pengamanan perbatasan, daerah rawan, dan teritorial.Walaupun pemerintah ingin meningkatkan kemampuan alutsista TNI, kata dia, kerap kali ada hambatan dalam proses “Government to Government”.Dia mencontohkan Tank Scorpion yang diimpor dari Inggris sempat dihambat suku cadangnya. Saat iniAS masih sangat ketat mengaitkan antara politik luar negeri dan perdagangan alutsista.

Tinggalkan Balasan