tribun-nasional.com – Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Maluku mengajak masyarakat di provinsi itu mengonsumsi pangan lokal guna menekan angka stunting(kekerdilan pada anak).
“Provinsi Maluku terkenal dengan pangan lokal seperti umbi-umbian, sagu, pisang hingga makanan olahan sukun yang tumbuh di wilayah Tengah-tengah hingga Latuhalat. Makanan itu termasuk pangan lokal yang bergizi dan bernutrisi,” kata Ketua TP-PKK Maluku Widya Pratiwi Murad di Ambon, Selasa.
Iamengatakan jenis-jenis pangan lokal tersebut jika diolah dengan baik dapat membantu menekan angka stunting di Maluku.
Apalagi jenis makanan tersebut, katanya, mudah ditemui di sekitar rumah-rumah warga dan juga mudah diolah menjadi berbagai macam kudapan bergizi dan bernutrisi.
“Saya mengajak TP-PKKkabupaten/kota se-Maluku untuk menunjukkan peran nyata dalam upaya pencegahan stunting dengan mengonsumsinya untuk memenuhi gizi keluarga,” kata dia.
Ia menjelaskan pangan lokal seperti sukun, pisang dan umbi-umbian rupanya memiliki kandungan nutrisi yang cukup lengkap, baik vitamin maupun mineral.
Di samping itu, kata dia, buah sukun juga mengandung beberapa zat fitokimia penting yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, terutama kandungan asam amino esensial, seperti methionin, isoleusin, lysine, vialin, histidine, serta tryptophan.
Sementara itu pisang merupakan sumber serat, potasium, vitamin B6, vitamin C, dan berbagai antioksidan serta fitonutrien yang sehat.
Dengan kandungan tersebut, katanya, pisang mampu memberikan banyak manfaat bagi kesehatan, di antaranya adalah menyehatkan jantung dan mendukung pertumbuhan bakteri baik di usus, serta masih banyak lagi pangan lokal hasil kebun lainnya.
“Konsumsi pangan lokal bagi ibu hamil sendiri memiliki banyak manfaat bagi pertumbuhan janin hingga melahirkan,” kataWidya Pratiwi Murad.
Sebelumnya Pejabat di Dinas Kesehatan Provinsi Maluku mengemukakan pemberian makanan cepat saji pada anak berisiko menyebabkan stunting.
“Konsumsi makanan cepat saji bagi ibu hamil atau anak setiap saat itu sangat tidak baik, karena bisa menjadi salah satu penyebab stunting,” kata Kepala Bidang Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, Horib.
Ia mengatakan anak yang menderita stunting biasanya diakibatkan oleh kurangnya asupan gizi yang cukup mulai dari saat kehamilan ibu sampai anak itu lahir hingga beranjak balita.
Menurutnya anak-anak yang mengalami stunting akan terlihat dari kondisi fisiknya yang agak kurus dan tinggi badannya yang tak sesuai dengan umur.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Maluku mencapai 26,1 persen pada 2022.
Angka ini menempatkan provinsi Maluku berada di peringkat ke-13 nasional, demikian Horib.
.