News  

Serangan Balik Pihak yang Merasa Terganggu

Suara.com – Komika Arie Kriting mengalami dugaan peretasan dan mendapat pesan berisi teror mengenai kehidupan pribadinya. Peristiwa itu diduga terjadi setelah Arie ikutan mengkritik soal kebijakan Kementerian Komunikasi dan Informatika mengenai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE). Akibat kebijakan itu, sejumlah aplikasi tidak dapat diakses di Indonesia.

Menanggapi dugaan peretasan dan teror terhadap Arie Kriting, Kepala Divisi Kebebasan Berekspresi SAFEnet, Nenden Sekar Anum menyebut hal itu bukan barang baru, melainkan peristiwa yang terus berulang saat masyarakat sipil aktif mengkritik sebuah kebijakan.

“Serangan-serangan digital yang terjadi pada orang-orang yang mengkritik kebijakan itu, sebetulnya bukan hal baru. Karena kami sering banget melihat. Dari SAFEnet sendiri kan memonitoring dalam beberapa tahun terakhir, dan kami memang melihat ada korelasi tuh pada saat isu-isu politis sedang meningkat. Banyak serangan digital terjadi terhadap teman-teman aktivis dan masyarakat sipil itu juga meningkat,” kata Arum saat dihubungi Suara.com pada Selasa (2/8/2022).

Upaya peretasan disebut SAFEnet salah satu cara untuk membungkam masyarakat sipil. Tujuannya, memberikan rasa cemas dan takut kepada masyarakat yang vokal mengkritik kebijakan.

Baca Juga:
Kominfo Akhiri Blokir Terhadap Yahoo, Steam, CS Go, dan Dota

“Serangan digital itu dampak banyak ya. Dan bisa berbeda bagi masing-masing orang gitu. Ada orang kemudian merasa cemas, atau takut terhadap serangan pada dirinya, dan sangat memungkinkan dia merasa harus slow down untuk tidak se-kritis sebelumnya,” papar Arum.

Akun WhatsApp Arie Kriting Diteror (Twitter/@ernestprakasa)
Akun WhatsApp Arie Kriting Diteror (Twitter/@ernestprakasa)

Saat peretasan atau serangan digital terjadi seusai kritikan dilontarkan ke publik, kecurigaan ditujukan ke pihak yang berkepentingan dengan kebijakan yang dikeluarkan.

“Tentu saja kita tidak bisa berasumsi bahwa siapa yang patut dicurigai, siapa yang patut bertanggung jawab sebetulnya. Tapi pastinya kalau kita melihat dari pola tadi dan tren tersebut, yang biasanya memang muncul dan meningkat pada isu-isu tertentu, mungkin saja itu memang ada kaitannya pihak-pihak mungkin terganggu. Mungkin ya, dengan kritikan tersebut,” ujar Arum.

“Jadi memang itu salah satu asumsi yang dapat kita lihat. Walaupun kita tidak dapat membuktikan hal tersebut. Karena-kan dalam proses penyelidikan atau proses forensik itu kewenangannya ada di teman-teman aparat penegak hukum. Jadi memang kalau mau memastikan agak sulit begitu,” kata Arum.

Sementara itu, terkait kritikan ke Keminfo, dari pemantauan yang dilakukan SAFEnet terdapat 10 orang menjadi korban dugaan peretasan atau serangan digital.

Baca Juga:
Kominfo Klaim Lakukan “Take Down” Setengah Juta Akun dan Situs Judi Online

“Serangan digital berupa spam call dan spam text gitu dan doxxing,” ujar Arum.


Artikel ini bersumber dari www.suara.com.

Tinggalkan Balasan