tribun-nasional.com – Inisiator penyelenggara Christopher Tanuwidjaja menyebutkan bahwa pebasket nasional berpeluang untuk bermain dalam tim Laos pada ajang Liga Basket Putri ASEAN yang akan digelar perdana pada Oktober.
Christopher menuturkan, Laos menjadi salah satu negara yang ingin ikut bersaing dalam liga basket putri berskala regional itu. Namun karena tidak adanya stok pemain yang siap, memaksa Laos mengambil jalan pintas dengan merekrut atlet dari negara tetangga.
“Yang menarik adalah Laos. Mereka tidak punya tim tapi sangat ingin menarik tenaga dari negara lain. Mereka sudah menyampaikan minatnya ke Indonesia, Malaysia, dan Filipina,” kata Christopher dalam konferensi pers di Kantor PP Perbasi di Jakarta, Selasa.
Christopher melihat hal itu sebagai kesempatan positif bagi pebasket dalam negeri untuk menjajal pengalaman bermain di negara asing. Ia pun tak menutup kemungkinan pebasket putri dari daerah bisa mencoba peluang tersebut.
“Kalau Laos serius butuh pemain (Indonesia), kami akan kenalkan yang nontimnas. Kita punya banyak talenta yang siap dimainkan. Ajang ini membuka pebasket putri Indonesia bermain di tim asing,” ungkap Christopher.
Liga Basket Putri ASEAN akan berlangsung di tiga tempat, yaitu di Kota Korat, Thailand pada 10-12 Oktober. Kemudian berlanjut di Kuala Lumpur, Malaysia pada 20-22 Oktober, dan babak final akan berlangsung di Surabaya, Jawa Timur 25-30 Oktober.
Secara teknis Liga Basket Putri ASEAN menjadi media pematangan bagi pebasket putri Indonesia, mengingat pada pertandingan-pertandingan sebelumnya lini basket putri kerap didera demam panggung.
“Harapannya atlet muda tidak demam panggung lagi. Kemarin sempat beberapa kali tampil berhasil menang di semua gim, tapi saat gim pertama selalu kalah. Ini membuktikan tim kita butuh adaptasi lebih di awal sebelum bisa panas,” Christopher menceritakan.
Sementara itu, Sekjen PP Perbasi Nirmala Dewi menilai selama ini kompetisi basket putri masih minim sehingga kurang menunjang keinginan atlet untuk lebih berpresasti di tingkat nasional dan internasional.
Berangkat dari masalah tersebut, Perbasi melakukan pembicaraan dengan sejumlah perwakilan basket Asia Tenggara dan FIBA Asia di Bangkok, Thailand untuk merumuskan sebuah liga bagi tim putri di tingkat regional.
“Kami menyadari ada kesedihan yang dialami pebasket putri, ingin berkembang tapi tidak ada ajang. Rasanya seperti patah hati. Dengan adanya ajang ini harapannya mereka bisa lebih termotivasi. Penting bagi pebasket putri untuk mengejar mimpi mereka, apalagi yang dari daerah,” ujar Nirmala.