tribun-nasional.com – Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang juga Ketua Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia ( Periklindo ) mengatakan dunia kendaraan listrik di Indonesia akan tumbuh menjamur di masa mendatang. Kondisi itu pun disamakan dengan usaha mikro, kecil, dan menengah ( UMKM ).
Keterangan itu disampaikan Moeldoko dalam sambutannya pada acara pameran otomotif Indonesia International Motor Show ( IIMS ) 2023 di JIExpo Kemayoran , Jakarta , Jumat, 24 Januari 2023.
“Jika nanti baterai, motor, dinamo, dan controller-nya diproduksi di Indonesia, dunia mobil (kendaraan) listrik lama-lama seperti UMKM ,” katanya, beberapa waktu lalu.
Oleh karenanya, Moeldoko mengatakan jika mulai saat ini pengembangan riset terhadap komponen kendaraan listrik harus berjalan dengan optimal. Tujuannya, agar Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam industri tersebut di dunia.
“Putra/putri Indonesia harus memaksimalkan momentum ini. Jangan sampai diambil oleh negara lain. Kita jangan jadi follower, tetapi harus jadi industri,” ujarnya.
Menurut Moeldoko , pemerintah memiliki komitmen yang kuat untuk mempercepat pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai. Komitmen pemerintah itu terlihat dengan dirilisnya Perpres No 55/2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai, dan Inpres No.7/2022 tentang penggunaan kendaraan listrik sebagai kendaraan dinas pemerintah.
“Ini sebagai pemicu untuk menumbuhkan industri kendaraan listrik. Sebagai pemacunya, Pemerintah juga menyiapkan skema insentif agar masyarakat beralih ke mobil listrik,” ucapnya.
Ketua Periklindo itu pun menekankan bahwa untuk mewujudkan Indonesia Zero Emisi pada tahun 2060, maka seluruh pihak harus mempunyai kesadaran yang sama terkait soal pentingnya percepatan pengembangan kendaraan listrik.
Moeldoko menyebutkan, terdapat sejumlah faktor yang harus Indonesia kuasai agar nantinya mampu bersaing di industri kendaraan listrik. Sejumlah faktor yang dimaksudkan itu adalah soal kemampuan untuk memproduksi baterai dan motor penggerak (dinamo), harga hingga ekosistem pengguna kendaraan listrik.
“Persoalan utama kendaraan listrik adalah baterai dan dinamo. Fokus baterai jelas pada kekuatan jarak tempuh, durasi pengisian daya, bobot, dan keamanan. Siapa yang bisa menciptakan baterai tipis, kuat untuk jarak jauh, pengisian daya cepat, dan aman meski terendam air, maka dia yang pegang peranan,” tuturnya.
“Sepanjang masih impor baterai, maka harga kita sangat tergantung dari produsen dan mata uang. Ini jelas mempengaruhi harga produksi. Oleh karena itu Indonesia harus bisa memproduksi komponen penting EV sendiri,” katanya.
Selain kedua faktor tersebut, Moeldoko juga menyebutkan bahwa populasi pengguna kendaraan listrik atau pasar kendaraan tersebut menjadi salah satu hal yang dapat mempercepat pertumbuhan industri kendaraan listrik di Tanah Air.
“Di negara kita, pengguna sepeda motor saja berada pada angka tujuh jutaan orang dalam satu tahun. Bayangkan kalau jumlah itu bermigrasi ke motor listrik. Pasti industri akan cepat bertumbuh.” ujarnya.***