tribun-nasional.com – Pada pekan lalu, internet dihebohkan sebuah video yang diunggah di YouTube oleh kartunis kawakan, Scott Adams. Netizen menganggap video tersebut sarat rasisme.
Di tengah kehebohan tersebut, CEO Twitter, Elon Musk turut buka suara. Ia justru membela sang kartunis dan menuduh media massa selama ini berlaku rasis pada orang kulit putih.
“Untuk waktu yang lama, media AS bersikap rasis terhadap orang non-kulit putih, sekarang mereka rasis terhadap orang kulit putih & orang Asia,” tulis Musk dalam postingan Twitter, dikutip Selasa (28/2/2023).
“Hal yang sama terjadi dengan perguruan tinggi elit dan sekolah menengah di AS. Mungkin mereka bisa mencoba untuk tidak menjadi rasis.” imbuhnya.
Gizmodo mencoba meminta konfirmasi Musk dan Adams. Musk tidak menanggapi, sementara Adams mengatakan “tidak ada komentar”.
Adams membuat komik strip Dilbert populer yang terlihat di surat kabar di seluruh AS. Namun banyak di antaranya membatalkan komik tersebut setelah Adams memposting video di YouTube.
Dia berusaha untuk mendukung klaimnya dengan mengutip jajak pendapat Rasmussen Reports yang berhaluan kanan yang menyatakan bahwa 53% orang kulit hitam Amerika setuju bahwa “tidak apa-apa menjadi kulit putih”, sementara mengklaim bahwa 76% diduga setuju “orang kulit hitam juga bisa menjadi rasis”.
“Banyak orang yang marah, tapi saya belum melihat ketidaksepakatan, setidaknya tidak dari siapa pun yang melihat konteksnya,” kata Adams kepada The Washington Post, berbicara tentang pembatalan komik strip Dilbert miliknya. Dia melanjutkan, “Beberapa mempertanyakan data polling. Itu adil.”
Video YouTube Adams terus menerima reaksi balik dan kritik substansial karena mengatakan, “… Berdasarkan keadaan saat ini, saran terbaik yang akan saya berikan kepada orang kulit putih adalah menjauh dari orang kulit hitam… karena tidak ada memperbaiki ini.”
Dalam tweet tambahan pada hari Minggu, Musk menjawab “tepat” kepada pengguna Twitter yang menyatakan “komentar Adams tidak baik”, tetapi memiliki “unsur kebenaran”.
Dukungan terbuka Musk terhadap komentar Adams bertepatan dengan langkah kontroversial lainnya oleh CEO Twitter. Sejak mengambil alih Twitter, Musk telah mengaktifkan kembali akun neo-nazi dan kelompok anti-Semit yang ditangguhkan terlepas dari reaksi keras dari para pemimpin hak-hak sipil dan bahkan ketika setidaknya 70% pengiklan mundur dari platform tersebut.