tribun-nasional.com – Karawo merupakan kain sulaman khas Gorontalo yang memiliki tingkat kesulitan tinggi dalam proses pembuatan.
Hal ini karena pengerjaannya membutuhkan ketelitian, ketenangan, dan kesabaran karena dibuat secara manual tanpa bantuan mesin.
“Karawo ini tadinya hanya dipakai untuk seragam saja. Padahal, ini memiliki potensi untuk menggerakan ekonomi lokal,” kata Penjabat (Pj) Gubernur Gorontalo Hamka Hendra Noer saat program Nusaraya di gedung Kompas Gramedia, Jumat (24/2/2023).
Hamka menjelaskan bahwa karawo pada dasarnya ialah hasil sulaman masyarakat lokal yang dibuat dengan keterampilan tangan secara manual.
Sulaman ini bukanlah hasil karya sebuah komunitas ataupun pusat industri masyarakat, melainkan hasil karya rumahan.
Sulitnya membuat karawo
Hamka mengatakan tingkat kesulitan dalam membuat karawo dinilai cukup tinggi, hal ini dapat dilihat mulai dari proses pembuatan gambar, pemotongan bahan, dan proses mencabut serat-serat yang ada pada kain.
” Jadi, dia manual, tidak menggunakan mesin. Itu lah yang menjadi tingkat kesulitannya,” katanya.
Namun sayangnya, dahulu tingginya tingkat kesulitan pembuatan karawo berbanding terbalik dengan harga jualnya yang relatif murah.
Rendahnya harga jual karawo membuat perajin karawo hanya dilakukan sebagai pekerjaan sambilan.
Guna meningkatkan minat dan semangat pengrajin karawo, Hamka mengatakan pemerintah Provinsi Gorontalo memberikan pelatihan kepada masyarakat setempat supaya harga jual karawo lebih tinggi.
Pelatihan pembuatan karawo ini pun dilakukan mulai dari dasarnya, seperti mengganti jenis benang yang digunakan untuk menghasilkan kualitas yang bagus.
Serta memberikan pelatihan seputar cara memproduksi karawo dalam jumlah banyak tanpa mengurangi tingkat kualitasnya.
“Sekarang para pengrajin sudah diajarkan bagaimana cara membuat karawo yang benar dan professional. Sehingga ketika nanti mendapat pesanan banyak, mereka mengetahui bagaimana cara agar kuantitas dan kualitas bisa tetap terjaga,” jelas Hamka.
Pemerintah Gorontalo juga memasarkan hasil produksi karawo di Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Gorontalo. Karawo yang dipajang di Dekranasda diharapkan mampu menarik minat wisatawan untuk membeli produk lokal.
“Di sana (Dekranasda) karawo dijual dengan harga tinggi, supaya membantu perajin,” katanya.
Ia mengatakan dengan adanya pelatihan Karawo di Gorontalo, kualitas Karawo yang dihasilkan mulai membaik. Hal ini diikuti dengan banyaknya jumlah pesanan yang datang.
Guna mempertahankan hal tersebut, Pemerintah Gorontalo saat ini sedang merancang untuk mendirikan asosiasi pengrajin karawo.
Hadirnya asosiasi tersebut diharapkan mampu memantau harga jual karawo dan lebih mendorong produksi karawo di Gorontalo.
Karawo jadi ikon di Indonesia Fashion Week (IFW) 2023
Karawo, sebagai hasil karya masyarakat Gorontalo menjadi ikon dalam acara fesyen skala Nasional, yaitu Indonesia Fashion Week (IFW) 2023 yang digelar pada 22-26 Februari 2023.
Hamka menyebut, tujuan keikutsertaan Karawo dalam acara IFW 2023 tidak hanya sebagai pendorong pariwiasta dan memperkenalkan ikon Gorontalo, tetapi juga ingin agar Karawo bisa dikenal di skala nasional dan internasional.
“Saat pembukaan acara IFW 2023, ada beberapa duta besar yang hadir, kita berharap Karawo bisa diminati oleh orang Indonesia bahkan orang di luar negeri,” kata Hamka.
Lebih lanjut dikatakan bahwa karawo yang tampil di acara IFW merupakan hasil seleksi dari 600 karya perancang busana.
“Karawo ini merupakan salah satu ciri khas budaya Gorontalo yang sudah terdaftar di UNESCO,” katanya.
Hadirnya Karawo dalam ajang IFW 2023 diharapkan Hamka dapat lebih dikenal luas oleh masyarakat Indonesia maupun Internasional. Serta diharapkan dapat mendorong pergerakan ekonomi lokal.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.