Bisnis  

Asal Usul Nama Stasiun Balapan

Asal Usul Nama Stasiun Balapan

tribun-nasional.com – Stasiun Solo Balapan termasuk salah satu stasiun besar tertua di Indonesia. Berdirinya stasiun yang lebih dikenal dengan nama Stasiun Balapan ini memiliki nilai sejarah yang menarik untuk diketahui.

Stasiun Solo Balapan terletak di perbatasan antara Kelurahan Kestalan dan Gilingan, Banjarsari, Surakarta, yang masuk dalam Daerah Operasional (Daop) 6 Yogyakarta.

Stasiun dengan lalu lintas kereta tersibuk di Kota Solo ini memiliki jalur lintas tengah dan selatan Pulau Jawa, yang melayani kereta api antarkota baik kelas eksekutif, bisnis, maupun ekonomi.

Selain kereta api antarkota, stasiun ini juga memiliki jalur lintas kereta api rel listrik (KRL) dengan rute tujuan akhir Kota Yogyakarta.

Lantas, bagaimana asal usul pendirian dan penamaan Stasiun Solo Balapan?

Asal usul nama Stasiun Solo Balapan

Sebagian masyarakat mungkin bertanya-tanya mengenai latar belakang penamaan Stasiun Solo Balapan. Ternyata, penamaan stasiun pertama di Kota Solo ini mempertahankan sejarah lokasinya.

Dilansir dari laman resmi PT Kereta Api Indonesia ( ), Stasiun Balapan dibangun oleh perusahaan kereta api swasta Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM), bersamaan dengan pembangunan jalur kereta api Kedungjati-Solo sepanjang 74 kilometer dengan lebar jalur 1.435 mm.

Stasiun terbesar di Solo, Jawa Tengah ini diresmikan pada 10 Februari 1870. Peresmiannya juga membuka jalur kereta api Semarang-Solo.

Adapun penggunaan nama Solo Balapan diduga karena tidak jauh dari lokasi stasiun, terdapat race terrein atau pacuan kuda untuk balapan.

Dituliskan dalam laman resmi Pemerintah Kota Surakarta, lahan yang dipakai menjadi Stasiun Solo Balapan dahulunya merupakan Alun-Alun Utara milik Keraton Mangkunegaran, yang didalamnya terdapat pacuan kuda balapan pada masa Mangkunegoro IV.

Saat itu, Kota Solo tengah digalakkan terjadinya perubahan dari pola pedesaan menjadi perkotaan. Ide dari Pemerintah Kolonial Belanda ini secara tidak langsung menyentuh terkait sarana dan prasarana umum, salah satunya terkait alat transportasi kereta api.

Pemerintah Kolonial Belanda menggagas jalur kereta api dari Semarang menuju Solo, sehingga Kota Surakarta harus mempunyai stasiun kereta api.

Lokasi lapangan pacuan kuda balapan dianggap paling pas untuk menjadi stasiun, dikarenakan jalur relnya bisa langsung mengarah ke Semarang.

Akhirnya pacuan kuda diubah menjadi sebuah stasiun, dengan tetap mempertahankan nama “Balapan”. Inilah asal mula dinamakannya Stasiun Solo Balapan.

Renovasi Stasiun Solo Balapan

Setelah Stasiun Balapan berdiri, rel kereta kemudian dihubungkan dengan stasiun-stasiun yang berbeda di titik-titik strategis seperti Purwosari, Sriwedari, dan Jebres.

Aktivitas pengangkutan di Stasiun Solo Balapan semakin meningkat. Pada tahun 1872, NISM mengoperasikan dua kali perjalanan kereta api dari Solo-Semarang dan sebaliknya.

Keberadaan kereta api memberikan kemudahan pengangkutan gula, tembakau, dan kopi dari daerah pedalaman ke pelabuhan di Semarang.

Untuk mendukung pengangkutan dan transportasi, kebutuhan ruang bangunan stasiun diperluas. Renovasi pertama kali dilakukan pada tahun 1926, yang dirancang oleh Ir. Thomas Karsten.

Modernisasi pun dilakukan, bangunan Stasiun Balapan mengadaptasi gaya yang tengah populer di Eropa beraksitektur lokal.

Saat ini, Stasiun Solo Balapan telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya berdasarkan Keputusan Walikota Surakarta Nomor 646/1-R/1/2013 tahun 2013 dan terdaftar di Registrasi Nasional Cagar Budaya dengan nomor RNCB.20160908.02.001258.

Begitulah singkatnya asal usul dan sejarah penamaan Stasiun Solo Balapan. Menarik untuk diketahui bukan?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.