tribun-nasional.com – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan ada 35 pabrikan lokal telah lolos dalam proses penilaian dan pembinaan sebagai industri penunjang hulu migas tahap II pada tahun 2022.
Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Rudi Satwiko dalam keterangan di Jakarta, Selasa, mengatakan penilaian dan pembinaan yang dilakukan oleh SKK Migas bersama 18 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) itu bertujuan untuk memastikan kemampuan serta membantu penyedia barang jasa dalam negeri.
“Saya berharap seluruh perusahaan dalam negeri dapat mengambil sisi positif dari proses penilaian itu, karena bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas kemampuan dan keandalan pabrikan dalam negeri berdasarkan analisa gap dan rekomendasi pengembangan yang diberikan agar dapat memenuhi kualifikasi kebutuhan operasi dan proyek hulu migas di Indonesia,” kata Rudi.
Ia menjelaskan penilaian dan pembinaan itu dilakukan untuk memastikan kemampuan serta membantu dalam bentuk pembinaan kepada penyedia barang maupun jasa dalam negeri agar dapat memenuhi kualifikasi kebutuhan operasi dan proyek hulu migas di Indonesia.
Sebanyak 35 penyedia barang dan jasa penunjang hulu migas tersebut adalah penyedia delapan komoditas utama dalam kegiatan hulu migas, seperti produk kimia, listrik, instrumentasi, mekanik statis, TVF (tubular, valve, dan fitting), rotating, structure, dan drilling subsurface.
Rudi optimistis jumlah perusahaan yang ikut program pembinaan tersebut akan meningkat pada tahun 2023 mendatang.
“SKK Migas akan terus bekerja sama dengan stakeholder untuk melaksanakan program-program yang bertujuan untuk meningkatkan potensi perusahaan dalam negeri, peningkatan investasi dan efek berganda demi menciptakan pertumbuhan ekonomi dengan kehadiran industri hulu migas,” ucapnya.
Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji yang juga hadir dalam kesempatan tersebut menyampaikan dukungan penuhnya atas pelaksanaan program yang akan memastikan tercapainya spesifikasi, mutu produk dalam negeri untuk kebutuhan operasi migas.
Menurutnya, jumlah perusahaan dan pabrikan yang lolos tahun ini terbilang meningkat dibanding tahapan sebelumnya yang hanya melibatkan 29 perusahaan industri penunjang migas dari seluruh Indonesia.
“Saya berharap seluruh KKKS yang telah terlibat dalam program itu akan selalu konsisten dan mengupayakan penggunaan produk dalam negeri untuk menggantikan produk impor sehingga mendukung pertumbuhan perekonomian nasional,” ujar Tutuka.
Sementara itu, Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya SKK Migas Erwin Suryadi mengungkapkan dengan adanya continuous improvement dari Penyedia Barang dan Jasa penunjang Hulu Migas, maka hal itu tidak hanya mengoptimalkan produk dalam negeri, tetapi juga meningkatkan efisiensi kegiatan hulu migas serta mendukung proyek dan operasi KKKS dalam mencapai target 1 juta barel minyak dan 12 miliar kaki kubik gas per hari pada tahun 2030.
“Kami menampilkan peluang terjadinya integrasi antara pabrikan dalam negeri yang bertujuan untuk menciptakan produk dalam negeri yang memiliki nilai TKDN gabungan yang cukup tinggi. Kami berharap dengan adanya terobosan itu akan semakin banyak terjadi kolaborasi antar pabrikan dalam negeri untuk melengkapi produk-produk yang dibutuhkan oleh operasi KKKS,” kata Erwin.
Vice President Manajemen Rantai Pasok Pertamina Hulu Energi Kunadi menyampaikan dukungannya terhadap pelaksanaan program penilaian penunjang hulu migas tersebut.
Menurut Kunadi, program itu membawa dana positif dan menjadi salah satu pemicu semangat bagi perseroan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab mendukung kegiatan operasional perusahaan untuk mewujudkan harapan stakeholder terkait.